BANDUNG, unpas.ac.id – Wakil Rektor I Universitas Pasundan (Unpas) Prof. Dr. Cartono, S.Pd., M.Pd., M.T. telah dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Biologi pada Sabtu (4/5/2024) lalu. Dalam orasinya Prof. Cartono menyampaikan mengenai “Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan untuk Masa Depan Indonesia dan Dunia dalam Perspektif Pendidikan, Agama dan Budaya.
Prof. Cartono mengatakan setidaknya terdapat 5 masalah utama lingkungan hidup yang kini dihadapi masyarakat dunia termasuk Indonesia. Pertama, Perubahan iklim atau pemanasan global yang disebabkan oleh efek rumah kaca (green house effect) yang diakibatkan oleh menipisnya lapisan ozon. Kedua, terjadinya akumulasi CO² di atmosfir dan gas penyebab hujan asam yang menggangu kehidupan di bumi.
Ketiga, Berkurangnyahutan tropis dan hilangnya keanekaragaman hayati. Keempat, Berkurangnya cadangan air bersih dan Kelima, meningkatnya limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
“Kondisi ini disebabkan karena adanya perilaku manusia yang menyimpang dari tujuan Allah SWT menciptakan manusia, yakni sebagai khalifah di bumi dan beribadah kepada-Nya. Jika perilaku menyimpang baik yang langsung terkait dengan kerusakan alam ini berlangsung secara massif dan membudaya, maka di sinilah Allah akan meresponnya melalui bencana-bencana alam yang bersifat alamiah, sebagaimana yang terjadi pada umat-umat terdahulu,” katanya.

Menurutnya masalah lingkungan hidup adalah masalah etika dan moralitas untuk mengatasinya dan pendidikan merupakan salah satu sarana yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai moralitas, kesadaran dan etika lingkungan secara terus menerus dan berkelanjutan (life long education).
“Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist Nabi serta nilai-nilai luhur budaya di Indonesia, khususnya nilai-nilai budaya Sunda (etno sains) yang dapat digunakan sebagai dasar dan keyakinan serta praksis untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan hidup,” ujarnya.
Untuk itu, Prof. Cartono menerangkan penyelesaian berbagai permasalahan lingkungan tidak cukup diselesaikan melalui pendekatan sains modern, akan tetapi melalui pendekatan agama dan budaya (nilai-nilai kearifan lokal) dengan cara menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, memahami etika dan sadar lingkungan, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Alla SWT. (Rani)
