BANDUNG, unpas.ac.id – Inovasi teknologi desalinasi dan pemurnian air telah berhasil dibangun dan dikembangkan di Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Pasundan (FT Unpas). Teknologi ini dinilai cukup ramah lingkungan dan dapat menjadi alternatif dalam memproduksi air bersih bagi masyarakat.
Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Mesin Prof. Dr. Ir. Hery Sonawan, M.T. mengatakan masih terdapat peluang cukup lebar bagi pengembangan inovasi desalinasi dan pemurniannya di masa mendatang untuk mendapatkan produktivitas air bersih yang lebih tinggi.
“Inovasi yang dapat diaplikasikan adalah flashing desalination/purification yang menggunakan nosel berputar, baik nosel yang diputarkan ataupun nosel yang berputar sendiri,” katanya.
Prof. Hery saat orasi ilmiahnya pada Sabtu (4/5/2024) menjelaskan pada teknik flashing desalination/purification, air umpan berupa air keruh atau air asin disemprotkan di dalam sebuah vacuum chamber untuk mempercepat penguapan. Di dalam vacuum chamber terjadi pemisahan air tawar dan partikel padat pengotor atau garam atau cairan pekat, dimana partikel padat atau cairan pekat itu jatuh ke dasar chamber.
“Di dalam peralatan flashing/purification, terdapat komponen utama berupa sistem penyemprot air umpan dengan nosel, vacuum chamber, condenser dan wadah pengumpul kondensat (air tawar),” jelasnya.
Teknologi desalinasi/purifikasi ini Prof. Hery menyampaikan sebenarnya masih memiliki keterbatasan dari sisi produktivitas air tawar yang dihasilkan. Oleh karenanya perlu dicarikan metode-metode untuk meningkatkan produktivitas air tersebut.
Berikut ini upaya-upaya yang telah dilakukannya untuk meningkatkan produktivitas kondesat air tawar:
1. Memasang wall atomizer di dalam vacuum chamber
Wall atomizer berupa dinding kasar yang dipasangkan pada dinding dalam vacuum chamber untuk menciptakan percikan air lebih banyak. Sehingga memperbesar peluang penguapan. Selain mengubah aliran air umpan menjadi percikan air, wall atomizer juga berperan sebagai elemen pemantul dan peredam. Sudut yang dibentuk oleh lipatan akan menentukan besar kecilnya proporsi pantulan air terpercik. Hal inilah yang menentukan naiknya jumlah air terpercik dari wall atomizer. Semakin banyak air terpercik, maka peluang penguapan semakin besar dan akhirnya meningkatkan produktivitas air tawar.
2. Menciptakan sistem purifikasi baru dengan mengaplikasikan water mist system di dalam mist collector
Alat pemurni air memulai proses pemurnian air menggunakan air umpan yang tidak dimulai dari sungai, danau dan sumur. Air umpan mungkin mengandung partikel padat atau zat terlarut lainnya, sehingga harus disaring terlebih dahulu. Partikel padat lainnya yang berukuran sangat kecil dan terlarut di dalam air yang terkontaminasi akan dihilangkan oleh alat pemurni air setelah melalui proses pemurnian. Akibatnya alat pemurni air akan menghasilkan produk sampingan berupa endapan partikel padat selain air bersih.
Eksperimen yang dilakukan pada purifikasi baru ini menggunakan sebuah mist collector. Di dalam kolektor terdapat sistem pengabutan air yang terdiri dari nosel kabut tunggal atau jamak.
3. Menerapkan evaporator type heater dan water mist trapper di dalam kabin purifikasi berbentuk saluran
Pemanfaatan evaporator type heater dan water mist trapper sebagai komponen utama dalam pemurnian air berasal dari prinsip evaporative cooling. Alat tersebut dari rangkaian salura udara yang disusun menjadi empat modul yaitu saluran udara awal, saluran kabut air umpan, saluran udara pemanas dan saluran penangkap air.
Eksperimen ini menunjukan bahwa penggunaan nosel dengan diameter lebih besar tidak serta merta meningkatkan produktivitas kondesat yang dihasilkan. Nosel dengan diameter lebih besar cenderung mengeluarkan partikel air yang lebih besar mengakibatkan terbentuknya air limbah, yang turun ke bagian penampung. Oleh karena itu, proporsi partikel air yang tertahan oleh water trapper relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh nosel berdiameter lebih kecil atau lebih besar. (Rani)