Rizky Wirani di Kampus Universitas Pasundan.*
Boleh dikata teramat langka, lulusan S-1 Universitas Pasundan Bandung yang memperoleh IPK 4,00. Namun, hal itu berhasil diraih Rizky Wirani dari Prodi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik Unpas, sebagaimana yang diumumkan pada Wisuda Gelombang I tahun ajaran 2017-2018, Sabtu 11 November 2017, di gedung Sabuga Bandung.
Rizky yang angkatan 2013 ini menyatakan rasa syukur atas perolehan nilai seperti itu. “Mungkin juga faktor hoki, ya. Tapi tentu saja ada rasa bangga, yang selanjutnya dipersembahkan kepada orang tua,” ucapnya saat diajak berbincang-bincang.
Rizky lahir di Palembang 16 Mei 1995, dari pasangan Rosita dan dr. Wirawan Maruzie. Ayahnya asli Palembang, sedangkan ibunya berdarah campuran Sunda-Palembang. Rizky adalah anak ke dua dari empat saudara, dan satu-satunya perempuan. “Sekitar usia tiga tahun, ayah saya ditugaskan di Bangka. Sampai sekarang pun masih tinggal di sana,” ucapnya. Kakaknya lulus dari Politeknik Unsri. Adiknya yang nomor tiga masih kuliah di Unsri. Sedangkan bungsunya baru di SMP.
Sejak memasuki sekolah pun Rizky sudah menunjukkan prestasi dalam belajar. Ia sering menjadi bintang pelajar. SD dan SMP ditempuhnya di Muntok. Adapun pendidikan SMA-nya di Palembang, yaitu di SMA Xaverius 1 yang sebagian besar murid-muridnya keturunan China.
“Waktu di SMA itulah saya betul-betul dipacu, karena berada di lingkungan pendidikan yang ketat dalam melaksanakan disiplin,” kenang Rizky yang punya hobi musik dan traveling ini.
Ia tertarik dengan Teknologi Pangan semenjak di SMA, karena faktor gurunya. “Ibu Yohana adalah lulusan Teknologi Pangan dari UGM. Beliau sering cerita, sehingga akhirnya timbul minat pada diri saya untuk meneruskan ke Teknologi Pangan,” katanya.
Mula-mula ia ikut tes di PTN, tapi belum sampai pada nasib. Kemudian ia masuk ke Universitas Pasundan. “Setelah ikut kuliah, barulah saya mendapat gambaran bahwa Prodi Teknologi Pangan di Universitas Pasundan lebih berat ke tekniknya, karena berada di lingkungan Fakultas Teknik. Saya merasa lebih cocok. Sedangkan di perguruan tinggi lain lebih berat ke pangannya, karena berada di lingkungan Fakultas Pertanian,” ucapnya.
Ketika ditanya tentang cara belajar sehingga bisa lulus dengan prestasi memuaskan, Rizky menjawab, “Ah, biasa-biasa saja. Saya sebetulnya lebih banyak mencurahkan waktu untuk belajar di rumah, khususnya dalam mengerjakan latihan soal. Selain itu, saya menyisihkan waktu untuk searching di internet,” katanya.
Wisudawati terbaik Universitas Pasundan, Rizky Wirani, bersama kedua orangtuanya.*
Untuk mencapai IPK 4,00, syaratnya seluruh mata kuliah harus mendapat nilai A. Namun ia pun pernah mendapat nilai B. Pada semester berikutnya, setelah banyak waktu kosong, ia mengulang mata kuliah tersebut, dan akhirnya lulus dengan nilai A.
Ada faktor yang sangat membantu dalam proses belajarnya, yaitu penguasaan bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris. Selain itu, ia pun mendalami bahasa Korea. “Sewaktu di SMA, saya belajar bahasa Korea dari seorang teman, khususnya dalam penguasaan bahasa tulisnya. Kemudian saya menyenangi film dan lagu Korea, dan dari situlah saya belajar secara otodidak,” ucapnya.
Di saat-saat senggang, Rizky sering memetik gitar. “Tapi, ya hanya alakadarnya. Kalau untuk tampil di panggung, saya tidak berani. Saya belajar musik kepada kakak yang punya grup band. Bahkan kedua adik saya pun suka main band,” ucapnya lagi.
Bagaimanakah rencana selanjutnya?
“Saya ingin kerja dulu, agar punya penghasilan,” jawabnya. Kalau sudah punya uang, ia akan melanjutkan ke pascasarjana. “Kalau untuk biaya kuliah di S-2, saya meminta kepada orang tua, rasanya tidak tega. Kasihan, kalau mereka masih harus membiayai saya belajar. Toh masih ada dua adik saya yang harus dibiayai,” ucapnya.*** (TS)