BANDUNG, unpas.ac.id – Punya ketertarikan dan cita-cita berkecimpung di dunia pendidikan mendorong mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pasundan, Hasna Shofiyah untuk berpartisipasi dalam pemilihan Putra Putri Pendidikan Indonesia Jawa Barat.
Hasna menyabet 1st Runner Up Putri Pendidikan Indonesia Jabar dan kini didapuk sebagai Duta Pendidikan Jabar. Mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) ini bahkan tengah mempersiapkan diri melaju ke tingkat nasional dan internasional.
“Agustus mendatang, saya akan mengikuti karantina online, dilanjutkan karantina offline pada bulan berikutnya untuk persiapan di ajang nasional dan internasional. Selain mengimplementasikan program pendidikan, saya juga ingin mengangkat isu go healthy,” katanya, Kamis (14/7/2022).

Advokasi sosial di sektor pendidikan
Minimnya tingkat literasi di berbagai pelosok daerah, banyaknya kasus buta huruf, dan kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak membuat Hasna tergerak untuk melakukan advokasi di sektor pendidikan lewat program Vosil Datok.
Advokasi yang diupayakan berupa program pemberian BLB (buku layak baca), pemerataan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan berkualitas sesuai tujuan SDGs keempat, dan edukasi kepada masyarakat.
“Untuk program edukasi, saya mencoba merambah seluruh lapisan umur, mulai dari anak-anak, remaja, orang tua, sampai lansia,” ujar Hasna.

Menurutnya, Vosil Datok menjadi jembatan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Ia melihat, masalah pendidikan di Indonesia masih sangat kompleks. Bahkan, di lingkungan tempat tinggalnya banyak anak-anak yang baru bisa membaca di usia kelas 6 SD.
“Mirisnya lagi, di daerah pelosok, ada yang tidak tahu lagu daerah dan lagu nasional. Hal ini bisa jadi karena belum meratanya akses informasi dan minimnya pengetahuan siswa, pengajar, atau orang tua,” tambahnya.
Disinggung soal movement ke depan, terlebih ia sedang bersiap go international, bukan hanya Jabar yang jadi fokus utamanya, melainkan Indonesia. Ia ingin memaksimalkan sosialisasi program-program pemerintah dan memperbaiki aspek yang perlu ditingkatkan.
“Saya harap kontribusi saya dapat mengubah pola pikir masyarakat tentang membaca. Langkahnya sederhana, edukasi dulu lingkup-lingkup terkecil, entah melalui pemberian buku, workshop, webinar, atau cara lainnya. Realisasikan dengan baik mulai dari lingkungan sekitar supaya bisa meluas,” terangnya.
Baginya, menyandang gelar sebagai Duta Pendidikan Jabar tidak semata-mata untuk mencari benefit dan pengalaman pribadi. Menurutnya, benefit terbesar adalah ketika sumbangsihnya membuat orang lain bahagia dan yakin terhadap kemampuan dirinya. (Reta)*