BANDUNG, unpas.ac.id – Wargi Unpas, ini dia rangkuman tanya jawab bersama Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syiar Islam (LPPSI) Universitas Pasundan, Dr. H. Tata Sukayat, M.Ag. di podcast #UnpasTalk spesial Ramadan. Pertanyaan ringan tapi masih banyak yang belum tahu hukum dan jawabannya, apa saja?
1. Bagaimana cara mempertahankan kebiasaan beribadah setelah selesai Ramadan?
Dari faktor internal, tanamkan dalam hati bahwa Ramadan kali ini merupakan kesempatan saum terakhir, karena belum tentu kita masih menjumpai Ramadan tahun depan. Maka, ini harus menjadi Ramadan terbaik dan kado terindah untuk menuju Allah.
Sementara faktor eksternal, bisa dilakukan dengan membentuk komunitas, misalnya salat tarawih berjamaah, bersama mencari Lailatul Qadar, memperingati Nuzulul Quran, dan lain-lain.
“Ramadan sudah didesain sedemikian rupa. Merayakan kebahagiaan dengan saling berbagi makanan, memakai baju baru, mudik bertemu keluarga, dan keunikan Ramadan yang lain, saya rasa akan menjaga spirit Ramadan kita,” tegasnya.
2. Fenomena saat Ramadan, anak muda sering memamerkan ibadahnya di media sosial, bagaimana menyikapinya?
Alangkah baiknya jika kita berbaik sangka, terlebih jika menjadi habitual oleh yang bersangkutan. Toh, ada konsekuensi logis ketika seseorang berbuat baik atau buruk. Dari segi spiritual, kebiasaan beribadah sangat baik dan perlu dilanjutkan.
“Dia akan mendapat dua pahala, yaitu pahala atas dirinya dalam melaksanakan ibadah dan pahala menyampaikan syiar, apalagi sampai memotivasi orang lain. Terkait ria atau pamer, itu urusan pribadinya dengan Allah, jadi silakan ambil yang baiknya saja,” jelasnya.
3. Apakah menggosok gigi membatalkan puasa?
Diperbolehkan menggosok gigi dan berkumur saat puasa. Tapi, kalau khawatir makruh dan takut ada yang tertelan, lebih baik gosok gigi setelah sahur. “Jika mau gosok gigi, harus ekstra hati-hati. Apalagi, di satu sisi kita mesti menjaga kebersihan selama Ramadan,” katanya.
4. Kenapa di akhir Ramadan, jamaah tarawih dari kalangan muda berkurang?
Menurut Ustaz Tata, 10 hari menjelang berakhirnya Ramadan, anak-anak muda mulai beralih ke kesibukan lain, seperti diburu padatnya jadwal buka bersama, berburu baju lebaran, dan sebagainya. Fenomena ini sebenarnya bisa diantisipasi dengan berlomba-lomba meraih pahala di akhir Ramadan.
“Nabi memberikan contoh, ketika 10 hari terakhir, para sahabat diajak beriktikaf di masjid dan mencari malam Lailatul Qadar supaya ada aktivitas lagi. Memang perlu pembiasaan agar anak muda mau mendekatkan diri kepada Allah dengan kegiatan religius,” tuturnya.
5. Apakah boleh sengaja memilih tarawih 11 rakaat agar cepat selesai?
Baik tarawih 11 rakaat atau 23 rakaat, kata Ustaz, pijakan hadisnya sama-sama kuat. Terpenting, tetap diniatkan ibadah karena Allah. “Sebetulnya bukan semata-mata mengambil mudahnya, keduanya bisa digunakan. Justru yang salah adalah tidak melaksanakan dua-duanya,” ujarnya berkelakar.
6. Apakah swab dan vaksin membatalkan puasa?
Tidak, karena tidak masuk melalui lubang mulut atau lubang dubur. Puasa disebut batal ketika ada yang masuk ke salah satu lubang tersebut, misalnya kentut saat berenang. “Itu batal karena ada air yang masuk,” kata Ustaz Tata.
7. Ketika tiba waktu berbuka, lebih baik salat atau makan dulu?
Disunahkan untuk menyegerakan berbuka puasa meski hanya dengan seteguk air atau sebutir kurma. “Batalkan dulu puasanya, baru salat. Kalau salat dulu, berarti dia menangguhkan berbuka puasa,” terangnya.
8. Apakah betul tidur saat puasa termasuk ibadah? Di mana sisi ibadahnya?
Saat tidur, kita terpelihara dari segala kemaksiatan, sehingga tidur dalam keadaan saum juga termasuk ibadah. Tentu jika dibandingkan dengan mencari ilmu atau tadarus Alquran, nilai ibadahnya berbeda, namun lebih baik ketimbang melakukan hal-hal yang dikhawatirkan dapat membatalkan puasa.
9. Anak-anak muda kerap membangunkan sahur dengan musik keliling, dari sisi religi hukumnya bagaimana?
Dari sisi religi, hal itu termasuk dakwah. Membangunkan sahur dalam rangka mengajak pada kebaikan, menurut Ustaz Tata tidak apa-apa, karena segala sesuatu yang baik menurut syariat dan akal sejatinya akan membawa kemaslahatan. (Reta)*