BANDUNG, unpas.ac.id – Dunia saat ini tengah digemparkan dengan laporan WHO terkait munculnya penyakit hepatitis misterius atau hepatitis akut yang menyerang anak-anak.
Berdasarkan laporan tersebut, kasus pertama kali ditemukan di Inggris pada awal April 2022 dan per tanggal 1 Mei telah menyebar di 20 negara, termasuk Indonesia.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Pasundan sekaligus dokter spesialis anak, dr. Lianda Tamara, Sp.A. mengatakan, hepatitis misterius atau hepatitis of unknown origin merupakan penyakit hepatitis yang belum diketahui penyebabnya.
Hal ini terungkap setelah dilakukan pemeriksaan awal oleh otoritas kesehatan Inggris terhadap pasien anak-anak yang terindikasi terkena penyakit tersebut.

“Virus hepatitis yang sering kita dengar antara lain virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Pada kasus hepatitis misterius, ada gejala yang mirip dengan hepatitis A, B, C, D, dan E, tetapi pemeriksaan darah menunjukkan hasil negatif untuk kelima virus itu,” terangnya, Kamis (12/5/2022).
Hingga saat ini, vaksin yang rutin diberikan pada anak baru vaksin hepatitis A dan B. Sehingga, menurut dr. Lianda, vaksin yang ada tidak dapat mencegah infeksi hepatitis misterius.
Gejala dan penularan hepatitis
Sejumlah kasus yang dilaporkan terjadi pada kelompok anak-anak. Ada beberapa kemungkinan anak-anak rentan tertular hepatitis misterius. dr. Lianda menduga, hal ini lantaran perkembangan imunitas anak yang belum kuat.
“Hepatitis misterius lebih banyak menyerang anak-anak karena faktor daya tahan tubuh anak yang rentan dibandingkan orang dewasa,” ujarnya.
Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan kelompok dewasa juga bisa terinfeksi hepatitis misterius meski dengan gejala yang lebih ringan atau menurut kriteria WHO disebut Epi-Linked.
dr. Lianda menuturkan, gejala awal yang harus diwaspadai di antaranya anak tampak kuning, muntah, lemas, demam, BAB pucat, dan gangguan pencernaan.
“Pada laporan kasus, 71,2 persen gejala hepatitis misterius adalah kuning. BAB anak juga terlihat pucat, dibarengi dengan diare, nyeri perut, dan mual,” imbuhnya.
Sementara gejala berat yang mungkin dialami pasien yakni penurunan kesadaran (dapat disertai kejang) dan peningkatan fungsi hati. Untuk itu, perlu ada pemeriksaan panel hepatitis guna mengetahui jenis virus hepatitis.
PHBS jadi faktor penting
Karena salah satunya ditularkan melalui pola hidup yang tidak sehat, dr. Lianda mengimbau kepada masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

“Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, cuci peralatan makan sebersih mungkin, masak makanan sampai matang, jaga kebersihan setelah BAK atau BAB, jangan berbagi barang pribadi dengan orang lain, kurangi jajan di tempat yang kurang higienis, dan hindari kontak dengan penderita,” terangnya.
Segera lapor jika merasakan gejala hepatitis misterius
Jika terindikasi tertular, dr. Lianda menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke layanan kesehatan. Para tenaga medis sudah mendapatkan sosialisasi dari Kemenkes dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Terdapat alur penegakan diagnosis, pemeriksaan laboratorium, dan tata laksana yang dapat dilakukan apabila menerima pasien dengan kecurigaan hepatitis akut.
“Tata laksana yang diberikan sebatas perbaikan kondisi klinis dan pemantauan gejala di ruang rawat intensif, karena sampai sekarang belum ada obat khusus untuk menyembuhkan anak dari infeksi hepatitis akut,” tandasnya. (Reta)*