BANDUNG, unpas.ac.id – Isu keamanan pangan terus mencuat. Dari segi ketersediaan rantai pasok sampai pola konsumsi, keamanan pangan jadi hal penting untuk ditangani karena bersifat mendesak.
Masalah keamanan pangan hingga kini memang menjadi ancaman serius di tingkat global. Apalagi, dalam tiga bulan terakhir, ada dua kejadian yang menarik perhatian.
Pertama, penarikan produk Indonesia dari pasar global karena diduga mengandung residu etilen oksida. Kedua, warga di Bengkalis berebut daging sapi dan kerbau impor ilegal yang disita dan dibuang oleh Bea Cukai Bengkalis ke tempat pembuangan sampah.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) tak henti-hentinya mengimbau masyarakat untuk mengonsumsi pangan yang aman, sehat, utuh, dan halal. Salah satunya pada momentum Hari Keamanan Pangan Sedunia 2023.
Menanggapi fenomena ini, dosen prodi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik Universitas Pasundan Dr. Yelliantty, S.Si., M.Si. menuturkan, banyak masyarakat yang masih awam terhadap keamanan pangan. Industri skala kecil juga kerap mengesampingkan Food Safety Culture (FSC).
“FSC harus diaplikasikan di keseharian kita dan semua level penyedia pangan (UMKM dan industri besar), sehingga diperoleh pangan yang aman dan bebas dari hal-hal yang membahayakan kesehatan manusia,” jelasnya, dilansir dari Podcast HMTP FT Unpas, Kamis (15/6/2023).
Mahasiswa Dibekali HACCP
Agar dapat berkontribusi dalam peningkatan keamanan produk pangan, mahasiswa TP Unpas dibekali pengetahuan tentang HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points).
HACCP merupakan metode untuk menganalisis bahaya dan mengidentifikasi titik-titik kritis, mulai dari bahan baku, proses produksi, manufaktur, penanganan, dan penggunaan bahan pangan untuk menjamin pangan aman dan layak konsumsi.
“Di prodi TP Unpas, ada mata kuliah khusus HACCP. Mahasiswa diajarkan cara memproduksi makanan yang baik (Good Manufacturing Practice/GMP) dan hazard supaya mereka mampu dan kompeten untuk menerapkan HACCP,” sambungnya.
Selain keamanan pangan, pemahaman terkait produk halal juga tak kalah penting. TP Unpas sendiri sudah bekerja sama dengan LSP MUI dan mahasiswa TP Unpas berkesempatan mengikuti pelatihan dan uji kompetensi sebagai penyelia halal.
“Mahasiswa yang mengikuti uji kompetensi akan diberi sertifikat kompetensi penyelia halal yang kompeten. Kami menyarankan mahasiswa akhir untuk ikut program pelatihan dan sertifikasi penyelia halal yang disediakan LSP-P1 Unpas agar mereka bisa berkarier secara profesional di bidang pangan,” terangnya.
Menurutnya, persoalan keamanan pangan adalah tanggung jawab bersama, termasuk perguruan tinggi. Karenanya, TP Unpas berupaya berkontribusi dengan membekali pengetahuan yang menunjang kontrol keamanan pangan.
“Ini harus jadi tanggung jawab bersama. Pemerintah sudah mencoba mengedukasi, tapi insan pangan baik akademisi, mahasiswa, dan siapa pun yang memahami keamanan pangan mesti saling berbagi,” tutupnya. (Reta)**