BANDUNG, unpas.ac.id – Profesor Kyung Hee University, Korea Selatan, Prof. Bok-Yeong Park mengisi kuliah umum di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pasundan, Rabu (14/6/2023).
Dalam gelaran International Public Lecture “Korea’s International Trade in the Geopolitical Era”, Prof. Park menjelaskan tentang perkembangan ekonomi di Korea Selatan, faktor yang menunjang keberhasilan ekspor, hingga isu geopolitik yang memengaruhi pola perdagangan dunia, termasuk Korea Selatan.
Kedatangan Prof. Park di Unpas bukan yang pertama kalinya. Pada 2019 lalu, Prof. Park bersama rekan profesornya juga pernah mengisi kuliah di kelas internasional FEB Unpas.
Sebanyak 90 mahasiswa kelas internasional, 60 mahasiswa pascasarjana, dosen FEB Unpas, dan kurang lebih 50 partisipan yang bergabung secara daring menyimak paparan Prof. Park dengan antusias.
Wakil Rektor I Unpas Prof. Dr. H. Jaja Suteja, M.Si. dalam sambutannya menuturkan, kegiatan internasional merupakan aktivitas strategis untuk meningkatkan kualitas lembaga, terlebih Unpas telah menyandang status akreditasi Unggul dan kini tengah menyiapkan akreditasi internasional untuk beberapa prodi.
“Tema yang diangkat sangat menarik untuk mengetahui kondisi perdagangan dunia di tengah ketegangan antara Ukraina dan Rusia yang masih berjalan, ditambah isu geopolitik, dan perang dagang Cina dan Amerika sebagai raksasa ekonomi,” tuturnya.
Prof. Jaja menambahkan, materi yang disampaikan Prof. Park dapat memberikan gambaran terhadap posisi dan kontribusi Indonesia maupun Korea Selatan dalam problem perdagangan dunia.
Perdagangan Korea di Era Geopolitik
Prof. Park dengan gamblang menyampaikan, Korea Selatan saat ini menjadi negara perdagangan terbesar ke-8 di dunia. Aktivitas ekspor dan impor berkembang pesat, khususnya di bidang semikonduktor, automobile, dan minyak, meski neraca pembayaran masih terbilang fluktuatif.
Keberhasilan ekspor Korea Selatan ditunjang banyak hal. Tidak hanya tenaga kerja yang berkualitas, disiplin, dan berpendidikan tinggi, namun juga didukung kebijakan pemerintah yang tepat.
“Pemerintah merumuskan berbagai kebijakan promosi ekspor dan melindungi industri lokal untuk memperluas pasar. Pasokan tenaga kerja dan teknologi yang diperlukan untuk industri ekspor juga memadai,” paparnya.
Belum lagi kemampuan perusahaan dalam menggenjot kualitas produk untuk memenuhi standar global, bahkan mengembangkan teknologi mereka sendiri melalui R&D.
“Sejak 1960-an, Korea Selatan membuka pesanan perdagangan internasional dan pertumbuhan pasar ekspor utama juga begitu pesat, terutama ke Amerika, Jepang, Cina, dan ASEAN,” tambahnya.
Namun, isu geopolitik yang semakin marak berpengaruh terhadap pola perdagangan Korea Selatan. Cina dan Amerika mulai berpikir untuk membaurkan pertahanan negara dengan aktivitas ekonomi yang diperkirakan akan mengubah pola perdagangan ke depan.
Hal tersebut juga rentan dialami Indonesia. Pasalnya, Cina adalah mitra strategis Indonesia. Pun dengan Korea Selatan yang berada di antara konfrontasi Amerika (sekutu strategis Korea Selatan untuk pertahanan nasional) dan Cina (pasar ekspor terbesar Korea Selatan).
“Sekarang, neraca perdagangan ekspor dalam defisit menurun tajam, khususnya ke Cina. Tren ini kemungkinan akan berlanjut dan makin intens. Itu jadi tantangan signifikan untuk ekspor Korea Selatan dan seluruh perekonomian negara,” tutupnya. (Reta)**