Dr. Eden Komarudin Soeardi, M.Si
Dr. Eden K. Soeardi (keempat dari kanan), bersama keluarga, Rektor Unpas, Promotor, para Gurubesar, Ketua YPT Pasundan dan Dekan FISIP Unpas, seusai siding terbuka.
Eden Komarudin Soeardi, Dosen FISIP Universitas Pasundan dan Sekretaris Bidang Olahraga Pengurus Besar Paguyuban Pasundan, berhasil meraih gelar doktor dalam bidang Ilmu Sosial bidang kajian utama Ilmu Administrasi Publik pada Fakultas Pascasarjana Universitas Pasundan.
Ia berhasil mempertahankan disertasinya berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif dan Budaya Organisasi terhadap Efektivitas Organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan”, dalam sidang terbuka yang dipimpin Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom di aula Pascasarjana Unpas Jl. Sumatera 41 Bandung, Kamis 29 Desember 2016.
Dalam disertasinya, Eden K. Soeardi antara lain mengemukakan bahwa ia melakukan penelitian di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan di Jawa Barat dimulai pada bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Desember 2016.
Masalah dalam penelitian ini, yaitu rendahnya efektivitas organisasi disebabkan belum efektifnya kepemimpinan partisipatif dan belum optimalnya budaya organisasi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode descriptive dan explanatory survey, dengan tujuan untuk memberikan gambaran untuk lebih memahami, menghasilkan gejala atau permasalahan tertentu, sehingga penelitian ini tidak hanya untuk menguji hasil penelitian tetapi menghasilkan suatu pemahaman mendalam mengenai fenomena yang diteliti.
Hasil penelitian ini, pengaruh variabel kepemimpinan partisipatif (X1) terhadap efektivitas organisasi sebesar 0,334 atau 33,4% sedangkan variabel budaya organisasi (X2) mempengaruhi sebesar 0.285 atau 28.5% sehingga total besar pengaruh kedua variabel terhadap efektivitas organisasi adalah sebesar 0.619 atau 61.9%. dengan besar hubungan antara kedua variabel kepemimpinan partisipatif dan budaya organisasi sebesar 0.656 atau 65.6%. Jika kepemimpinan partisifatip meningkat satu satuan maka akan meningkatkan efektivitas organisasi sebesar 0.578 satuan, dan, jika budaya organisasi meningkat satu satuan maka akan meningkatkan efektivitas organisasi sebesar 0.534 satuan.
Secara parsial kepemimpinan partisipatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas organisasi sebesar 0,334. Dimensi kepemimpinan partisipatif yang memberikan pengaruh. Secara parsial budaya organisasi telah memberikan pengaruh siginifikan terhadap efektivitas organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan sebesar 0,285. Karakteristik budaya organisasi yang berpengaruh paling besar adalah karakteristik pertemuan atau rapat tepat waktu 10,8%.
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan, berdasarkan temuan peneliti, pada kenyataannya belum sesuai dengan harapan. Hal ini diketahui masih terdapat hambatan, kesulitan, keserasian interaksi dan keterpaduan antara kepemimpinan, budaya organisasi dan efektivitas organisasi sekolah dalam upaya mewujudkan keberhasilan sekolah secara optimal. Optimalisasi efektivitas organisasi sekolah melalui kepemimpinan partisipatif dan budaya organisasi diharapkan mampu meningkatkan efektivitas organisasi sekolah ke tingkat keberhasilan organisasi secara komprehensip, nyata dan bermutu.
Gambaran budaya organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan belum sepenuhnya sinergi dengan budaya organisasi yang semestinya selaras dengan konsep, teori maupun pemikiran tentang karakteristik budaya organisasi, bahkan berbeda satu sama lainnya yang cenderung dipengaruhi nilai-nilai organisasi secara primordial, seperti kuatnya pengaruh budaya sunda kedalam organisasi, sehingga didalam interaksi manusia maupun organisasi nilai-nilai kesundaan menjadi dominan. Sepertihalnya, dasar filosofis menjadi landasan dalam organisasi, yaitu Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh. Dikarenakan faktor nilai budaya daera sangat dominan maka dalam pemecahan masalah pun menjadi cenderung ragu-ragu, karena ada ungkapan “Heurin ku letah”, “Hade ku omong goreng ku omong”, disamping terdapat nilai-nilai kebersamaan, seperti “Ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salogak”. Pada sudut pandang kepemimpinan pun demikian, terdapat nilai-budaya daerah yang melekat, sperti, menjadi pemimpin yang “Lantip, Surti, Binekas, dan Wijaksana, atau jadi pemimpin itu harus “Sa ciduh metu sa ucap nyata”. Akantetapi, pada umumnya kepemimpinan berkarakteristik sunda belum menunjukkan keberanian seb agaimana semestinya seorang pemimpin.
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan selama ini belum menunjukkan keberhasilan yang bermakna. Hal ini diketahui dari aktivitas organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan yang belum efektif terutama dalam tatakelola urusan kebijakan maupun program-program sekolah yang terkait dengan kurikulum akademik, kesiswaan, sarana dan prasarana anak didik dan guru, seperti halnya Labolatorium, tenaga ahli professional, akses kerjasama dengan lembaga pendidikan dan dunia kerja yang kesemuanya itu harus terwujud dalam kebijakan program sekolah, dalam proses belajar mengajar, dan upaya peran pimpinan dalam pembinaan anak didik dan guru, pegawai yang diorientasikan pada hasil nyata yang sesuai dengan harapan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, Eden K. Soeardi menyimpulkan antara lain, bahwa secara parsial kepemimpinan partisipatif melalui dimensi visi yang kreatif, dimensi mengembangkan kepercayaan dan tanggungjawab, dimensi mengembangkan keahlian dan dimensi mengembangkan tim organisasi telah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap efektivitas organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan. Dimensi dari kepemimpinan partisipatif yang memberikan pengaruh besar adalah dimensi mengembangkan keahlian. Diikuti oleh dimensi yang pengaruhnya yang kecil yaitu dimensi mengembangkan tim organisasi, dimensi membangun kepercayaan dan tanggungjawab dan visi yang kreatif.
Secara parsial Budaya Organisai melalui karakteristik mencurahkan seluruh kemampuan, mengorganisasikan pekerjaan sendiri, ramah, inisiatif (prakarsa), rapat (pertemuan) tepat waktu, memperhatikan biaya, rasa aman dengan pekerjaan dan rasa bangga dan dihargai telah memberikan pengaruh yang positif dan siginifikan terhadap efektivitas organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan. karakteristik budaya organisasi yang memberikan pengaruh besar adalah karakteristik pertemuan atau rapat tepat waktu. Diikuti oleh karakteristik yang pengaruhnya yang kecil yaitu karakteristik rasa aman dengan pekerjaa, karakteristik rasa bangga dan dihargai, karakteristik memperhatikan biaya, karakteristik ramah, karakteristik mengorganisasikan pekerjaannya sendiri, karakteristik mencurahkan semua kemampuan.
Saran
Secara akademik yang berhubungan dengan pengembangan keilmuan umumnya ilmu administrasi publik khususnya kepemimpinan partisipatif dan budaya organisasi dalam mempengaruhi efektivitas organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan. Disarankan agar menggunakan konsep integrasi (temuan hasil penelitian) sebagai salah satu parameter dalam mengukur efektivitas organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan. Walaupun demikian teori yang dipakai dalam penelitian ini masih cukup relevan. Oleh karena itu kepada peneliti lain untuk menguji kembali hasil penelitian ini serta untuk mengembangkan temuan baru yang berhubungan dengan peningkatan efektivitas organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan.
Pengurus Besar Paguyuban Pasundan melalui Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah (YPDM) Pasundan untuk efektifnya organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan, disarankan untuk :
Di samping standar kompetensi yang ditentukan oleh pemerintah untuk seorang Kepala Sekolah, YPDM Pasundan semestinya memiliki Standar internal (entitas) sebagai ciri khas budaya sunda dengan Menyusun syarat-syarat atau kriteria berdasar pada nilai-nilai budaya sunda yang berkaitan dengan sikap, perilaku, simbol-simbol budaya sunda yang harus nampak inhern pada seorang Kepala Sekolah. Di antaranya, dengan syarat: 1) Muslim, bisa baca Al-Qur’an, mampu berbahasa Sunda, beretika, tatakrama Sunda, sikap sopan santun, cerdas, sebagai implementasi nyata dari “Nyantri, Nyunda, Nyakola tur Nyantika” .***