BANDUNG, unpas.ac.id – Pandemi Covid-19 bukan halangan yang membatasi naluri kreatif dan produktivitas mahasiswa. Buktinya, UKM Lingkung Seni Mahasiswa (Lisma) Universitas Pasundan tetap menunjukkan eksistensinya lewat garapan film pendek berjudul ‘Tak Terbaca’ yang ditayangkan premier di kanal YouTube Lisma akhir Juli 2021 lalu.
Lisma menyuguhkan karya visual yang lekat dengan kehidupan sehari-hari, mengangkat problematika remaja berikut cara mereka menyelesaikan konflik. Film ini merupakan program Lisma Movement Creativity (Limit) periode kepengurusan 2020/2021.
Pengambilan sudut kamera yang tepat dan totalitas pemerannya berhasil menyentuh sisi emosional penonton. Alur cerita dikemas dengan apik, didukung audio dan eksekusi editing yang ciamik. Disajikan dalam 17 menit, ‘Tak Terbaca’ sukses menyampaikan pesan moral yang inspiratif.
Film Tak Terbaca menceritakan tentang dua remaja berlatar belakang berbeda yang dihadapkan dengan masalah hidup pada fase pendewasaan diri. Diceritakan, tokoh utama saling bersahabat dan bersekolah di SMA yang sama. Dimas (Ramanda Reksa) kerap menjadi sasaran bullying, sementara Gita (Revita Amalia) merupakan anak keluarga broken home.
Egi Pratama selaku script writer mengambil dua sudut pandang penyelesaian konflik yang direpresentasikan dari kondisi di lingkungan sekitarnya. Satu tokoh melampiaskan masalah lewat penyalahgunaan obat-obatan terlarang, sedangkan tokoh lainnya memilih untuk menghadapinya dan berdamai dengan keadaan.
“Dalam sebuah permasalahan, ada dua pilihan yang bisa diambil, yaitu dihadapi dan diselesaikan atau melalui jalan pintas dengan mengabaikan masalahnya,” ujar Egi.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Lisma Periode 2020-2021 Ziyan Khatami mengatakan, Lisma menggandeng Badan Narkotika Nasional (BNN) serta Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jawa Barat untuk mengarahkan ide cerita yang dibuat supaya tidak keluar batas.
Tak hanya mengingatkan penonton agar berpikir jernih dalam menyelesaikan masalah, film ini juga memberikan gambaran tentang bahaya jerumus narkoba dan pentingnya menjalin hubungan keluarga yang harmonis.
Lisma telah beberapa kali menggarap film, namun sebagian besar berbentuk parodi dan tidak dijadikan program kerja utama. Bisa dibilang, Tak Terbaca menjadi film pendek pertama yang digarap dan dirilis Lisma secara serius.
Seluruh kru yang terlibat dalam produksi film pendek diberdayakan dari anggota Lisma. Meski sempat mengalami kendala, baik teknis maupun non-teknis, tetapi Lisma mampu memberikan karya terbaiknya.
“Kami berhasil menyesuaikan kondisi pandemi, dibuktikan dengan karya film pendek yang kami garap. Untuk pelaku seni, jangan jadikan kondisi serba terbatas ini untuk berhenti berkarya,” tegas Ziyan. (Reta)*