BANDUNG, unpas.ac.id – Sastrawan Yudhistira ANM Massardi dan penyanyi Renny Djajoesman punya cara sendiri dalam menyambut perhelatan Pemilu Presiden 2024.
Menggandeng penyair kondang Acep Zamzam Noor, keduanya berdeklamasi lewat Safari Sastra Yudhistira V “Puisi Gugat Politisi” di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS) Universitas Pasundan, Kamis (7/12/2023).
Pembacaan dan musikalisasi puisi di FISS Unpas menandai awal perjalanan Safari Sastra Yudhistira V. Pada Safari Sastra sebelumnya, Yudhistira membawa misi “Menyalakan Api Sastra di 5 Kota Selatan”, yakni Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek, dan Pacitan.
Safari Sastra Yudhistira V bakal dihelat di berbagai kampus dan ditujukan bagi mahasiswa/Gen-Z yang akan menjadi pemilih dalam Pemilu 2024. Untuk tahap pertama, akan diselenggarakan di lima kampus di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat, lalu dilanjutkan ke kampus-kampus di Jawa Tengah dan Jawa Timur jika memungkinkan.
Selain piawai menulis puisi bertema cinta, Yudhistira mulai mengusung tema-tema politik karena prihatin melihat situasi belakangan ini. Di hadapan ratusan mahasiswa, Yudhistira membacakan puisi terbarunya, di antaranya Kemerdekaan Itu, Serampang Api, Gorinik, Aku Melihat, dan Politik Adalah.
“Kontestasi Pemilu 2024 sebagai bagian dari proses perebutan kekuasaan secara demokratis, menunjukkan adanya tendensi penyimpangan ke arah pembentukan kekuasaan yang korup dan tidak adil atau politik dinasti-oligarki,” kata dia.
Penghimpunan kekuasaan politik hanya pada satu keluarga, serta penjarahan SDA dan SDM oleh segelintir konglomerat-pejabat yang menjadi gurita kroni penguasa sangat bertentangan dengan semangat demokrasi dan melawan spirit Pancasila maupun UUD 1945.
“Melihat kondisi yang mencemaskan itu, kami sebagai penyair dan pekerja seni, tergerak untuk menyampaikan pandangan-pandangan kritis kami terhadap kondisi negara, agar kehidupan kebudayaan dan masa depan bangsa tetap terjaga dalam kewarasan nalar dan kearifan budi pekerti, yang memuliakan peningkatan kualitas hidup dengan menjunjung tinggi kebijaksanaan, kebersahajaan, dan keindahan,” paparnya.
Ia yakin, puisi dapat berkontribusi memberi pencerahan kepada para pemilih. Melalui puisi, siapa pun bebas mengekspresikan perbedaan pendapat, melawan ketidakadilan, dan merayakan keberagaman.
“Puisi adalah senjata pembebasan yang menghadirkan keberanian dan kebenaran di tengah represi politik,” tutur Yudhistira.
Dekan FISS Unpas Dr. Hj. Senny Suzanna Alwasilah, M.Pd. menyebut, Safari Sastra V turut memeriahkan Dies Natalis ke-63 Unpas. Ia berharap, pementasan ini dapat menginspirasi mahasiswa untuk mengenal dan mendalami dunia sastra.
“Ini merupakan rangkaian Dies Natalis ke-63 Unpas yang digelar di FISS. Kami sudah menggelar banyak kegiatan, seperti workshop dan seminar bersama profesor dari Korea, Oman, dan Malaysia,” tandasnya. (Reta)**