Dosen Fakultas Teknik Universitas Pasundan, Sugiharto, ketika mempertahankan disertasinya di Universitas Indonesia, Senin 9 Juli 2018.*
Dosen Fakultas Teknik Unpas, Sugiharto (tengah) bersama ketua sidang, para promotor, tim penguji, Wakil Rektor II Unpas Dr. Ir. Yudi Garnida MP (kedua dari kanan) dan Dekan Fakultas Teknik Unpas Dr. Ir. Yusman Taufik MP (kanan) seusai mempertahankan disertasinya di Universitas Indonesia, Senin 9 Juli 2018.*
Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung menambah seorang doktor lagi. Kali ini, dosen di Prodi Teknik Mesin Unpas, Sugiharto, berhasil meraih gelar doktor bidang Teknik Mesin di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Ia berhasil mempertahankan disertasinya berjudul “Evaluasi dan Pengembangan Model Rangka Bogie Monorel Jenis Straddle” pada sidang terbuka Senat Akademik Universitas Indonesia, Senin 9 Juli 2018, yang dipimpin Prof. Dr. Ir. Tresna P. Soemardi, SE., M.Si (Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia). Promotor Sugiharto terdiri dari Prof. Dr. Ir. R. Danardono AS, DEA, PE., dan Ko-Promotor Dr. Ir. Gatot Prayogo, M.Eng.
Dari Universitas Pasundan, hadir pada sidang terbuka itu, antara lain Wakil Rektor II Dr. Ir. Yudi Garnida, MP (mewakili Rektor Unpas) dan Dekan Fakultas Teknik Dr. Ir. Yusman Taufik, MP.
Dalam disertasinya, Sugiharto antara lain mengemukakan, bogie monorel jenis straddle berfungsi sebagai penumpu kabin penumpang, pemegang dan pengarah gerak. Bogie adalah komponen yang memberikan fleksibilitas gerak saat melakukan gerak belok, naik dan turun. Struktur bogie jika ditinjau dari jumlah poros roda penggerak yang digunakan, dapat diklasifikasikan pada bogie gandar tunggal (single axle) dan bogie gandar jamak (multi axle).
Jumlah poros roda traksi yang digunakan merupakan fungsi dari kapasitasnya, untuk kapasitas menengah dan besar umumnya menggunakan bogie gandar ganda atau gandar jamak. Pada bogie gandar ganda atau multi gandar, model gandar non-steerable memiliki kemampuan belok rendah jika dilewatkan pada lintasan belok radius belok kecil.
Monorel ukuran medium dengan panjang kabin 10-13 meter dengan bogie ganda (double axle) model non-steerable yang dipasang secara independent umumnya memiliki kemampuan belok pada R ≥ 70 m (V=20 km/jam) dan kemampuan menanjak pada gradien ≤ 5%. Peningkatan kemampuan belok pada monorel jenis ini dilakukan dengan menempatkan bogie pada titik sambjung antar dua kereta/kabin dan atau menggunakan bogie model gandar steerable (steerable-axle). Untuk kedua cara tersebut, membuat struktur bogie menjadi tidak sederhana dan perawatannya relatif rumit.
Salah satu prototipe industri (industrial prototype) dari monorel jenis straddle yang sudah dibuat di Indonesia adalah monorel ukuran sedang dengan dimensi panjang 13,145 m, jarak sumbu antar bogie 8,4 m. Monorel dirancang dengan kemampuan belok minimum pada radius R ≥ 60m 9V=20 km/jam). Motor penggerak yang dipasang pada tiap unit bogie adalah dua unit motor DC 750 V; 45 kW dengan torsi maksimum 284 Nm.
Hasil analisis numerik dari simulasi model train consit monorel prototipe saat dilewatkan pada radius belok R=60m dengan kecepatan gerak 20 km/jam dibutuhkan torsi sebesar ± 4kNm, penurunan energy kinetik pada kondisi tersebut sebesar ± 7kJ. Disimpulkan daya motor yang terpasang masih belum memenuhi kebutuhan desainnya.***