BANDUNG, unpas.ac.id – Hari ini, Selasa (10/8/2021), umat Islam memperingati Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1443 H. Peringatan 1 Muharram terasa spesial bagi kaum muslim karena bertepatan dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.
Menurut Ketua LPPSI Universitas Pasundan, Dr. H. Tata Sukayat, M.Ag., spirit hijrah dengan tahun baru hijriah sangat berdekatan. Dari sisi historis, hijrah Nabi Muhammad SAW dimaknai sebagai perpindahan ke arah yang lebih baik dari satu tempat ke tempat lainnya.
Namun, setelah nabi memenangkan Fathu Makkah, hijrah tidak lagi dimaknai demikian. Jika dikaitkan dengan kondisi sekarang, setidaknya ada tiga jenis hijrah yang dapat dilakukan secara substantif, yaitu hijrah dari kebodohan, hijrah dari kemusyrikan kepada tauhid, dan hijrah dari tradisi pecah belah ke bersatu padu.
“Dalam kondisi seperti ini, kita mesti memerangi kebodohan, sehingga spirit mencari ilmu, membaca, mengkaji, dan berdiskusi jangan sampai padam. Upaya hijrah memantapkan tauhid dari segala kemusyrikan dan kesesatan juga harus dilakukan, apalagi di masa pandemi, di mana banyak orang yang hampir putus asa dan hilang arah. Di situlah tauhid dibutuhkan,” ujarnya.
Di tengah ketidakpastian saat ini, manusia semestinya bertauhid, berserah diri, dan meyakini segala sesuatu berasal dari Allah SWT. Ia tidak akan diuji melebihi batas kemampuannya dan percaya bahwa setiap ujian pasti berakhir dengan cepat.
“Apabila seorang hamba yang beriman ditimpa masalah, ia akan fokus menghadapi ujian tersebut. Ia menjadi orang yang bersabar, dekat, dan menyatu dengan Allah SWT. Yakinlah, jika selalu melibatkan Allah SWT dalam segala aktivitas, maka masalah yang sulit sekalipun pasti bisa diselesaikan,” terangnya.
Hijrah dari tradisi pecah belah juga menjadi poin penting, karena fenomena saling serang, mengkritisi tanpa solusi, bahkan menjatuhkan nama baik kini justru semakin masif di media sosial. Hal inilah yang akan mempersulit dan memperkeruh suasana kehidupan, sementara manusia seharusnya mengamalkan sifat ukhuwah (persaudaraan).
“Mari amalkan Ukhuwah Diniyah (persaudaraan beda agama), Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dengan sesama muslim), dan Ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) dalam kehidupan sehari-hari. Ini sangat baik dan relevan dengan prinsip leluhur Sunda, silih asah, silih asih, silih asuh,” sambungnya.
Dalam memaknai momentum 1 Muharram 1443 H, Unpas memperingatinya dengan menggelar kegiatan kajian daring dan mendatangkan cendekiawan ulama Prof. Dr. Komarudin Hidayat sebagai pengisi ceramah.
Tema yang diangkat yaitu ‘Implementasi Spirit Piagam Madinah dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan’. Tema ini diambil karena sejalan dengan Deklarasi Madinah yang setelah digulirkan oleh Nabi Muhammad SAW selaku pemimpin agama dan negara kala itu mampu menyatukan kehidupan antara umat Islam dengan non-Islam.
“Indonesia bukan negara sekuler, karena agama hidup dalam konstitusi UUD 1945 dan Pancasila. Negara dan agama saling membutuhkan. Negara bisa membangun kalau masyarakatnya rukun, bermoral, dan berintegritas. Agama juga butuh negara sebagai penengah ketika ada hal yang bersinggungan dengan ekspresi perilaku beragama,” katanya.
Alasan itulah yang menjadi dasar diambilnya tema, agar spirit hijrah Rasulullah menjadi motivasi bagi jamaah untuk dibumikan di Indonesia. Besok, Rabu (11/8/2021), kajian akan dimulai pukul 09.00 WIB di apilkasi Zoom Meeting dan ditayangkan langsung di Pas TV. Kajian terbuka untuk 500-100 peserta, baik dari lingkungan Unpas maupun umum. (Reta)*