Memasuki awal 2017, Unpas mewisuda 1.135 lulusan. Terbanyak dari Fakultas Teknik (332 orang), diikuti Fakultas Ekonomi dan Bisnis (239). Selanjutnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (215 orang), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (94 orang), Fakultas Hukum (63 orang), dan Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (42 orang). Adapun dari Program Magister sebanyak 129 orang, dan Program Doktor berjumlah 16 orang termasuk Bupati Majalengka, Sutrisno, yang lulus dengan predikat cumlaude.
Wisuda dilaksanakan di gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Jl. Tamansari, Bandung, Sabtu 11 Februari 2017.
Rektor Unpas, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp., M.Si, M.Kom., di samping menyatakan rasa syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga menyampaikan ucapan selamat kepada semua lulusan yang telah berhasil mengikuti pendidikan di Unpas.
“Prosesi wisuda merupakan suatu peristiwa yang cukup penting dan berkesan dalam perjalanan hidup para wisudawan-wisudawati. Hal ini merupakan bukti adanya kesungguhan dan perjuangan para wisudawan-wisudawati dalam memberikan makna penting bagi para orang tua maupun para wisudawan-wisudawati sendiri,” demikian disampaikan Prof. Eddy Jusuf dalam pidatonya.
Selanjutnya dikatakan bahwa wisuda bukanlah merupakan akhir dari sebuah perjuangan, melainkan justru merupakan awal dalam menghadapi pencarian realitas hidup yang sebenarnya dan membuktikan dirinya sebagai lulusan yang mampu mengamalkan ilmunya untuk kepentingan masayarakat, bangsa, dan negara.
Suasana wisuda lulusan Unpas, Sabtu 11 Februari 2017 di gedung Sabuga, Jl. Tamansari, Bandung.
Lulusan terbaik Unpas yang diwisuda Sabtu 11 Februari 2017 berjumlah 17 orang.*
Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom menyampaikan sambutan pada Wisuda hari Sabtu 11 Februari 2017 di gedung Sabuga, Jl. Tamansari, Bandung
Ketua Senat Universitas Pasundan, Prof. Dr. HM. Didi Turmudzi, M.Si menyampaikan sambutan pada Wisuda hari Sabtu 11 Februari 2017 di gedung Sabuga, Jl. Tamansari, Bandung
Seraya diakuinya pula, menyelesaikan studi di Unpas bukanlah pekerjaan mudah, sebab memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit, baik materi maupun non materi. “Meskipun demikian, perjuangan yang sesungguhnya adalah bagaimana menghadapi kehidupan dengan segala dinamika dan tantangannya setelah diwisuda hari ini,” lanjutnya.
Harus diakui bahwa keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan terletak pada kualitas SDM yang unggul. Oleh karena itu, pembangunan manusia harus merupakan ujung tombak strategi pembangunan berkelanjutan. Mengingat kunci pembangunan manusia pada era Ekonomi Berbasis Pengetahuan (Knowledge Based Economic) adalah pendidikan, maka pendidikan sebagai suatu keharusan investasi jangka panjang, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang memiliki jati diri, nilai luhur, serta budaya bangsa yang produktif dan kompetitif.
Pendidikian tinggi dan riset teknologi diarahkan untuk meningkatkan daya saing sehingga mampu menghasilkan iptek, seni dan budaya untuk kemandirian. Pengembangan keunggulan diarahkan pada bidang-bidang yang relevan terhadap kepentingan masyarakat dan bangsa. Khususnya yang dapat memberikan nilai tambah pada hasil sumber daya alam secara berkelanjutan, serta mengurangi ketergantungan pada pihak luar.
“Tantangan tersebut hendaknya dijadikan sebagai tolok ukur bahwa dengan keberhasilan Saudara-saudara menempuh pendidikan di Unpas ini belum cukup untuk menghadapi dinamika dan tantangan hidup di masyarakat yang ckup kompetitif,” ucap Rektor Unpas. “Oleh karena itu kami berharap, Saudara-saudara dapar terus menimba ilmu dan mengembangkan diri untuk menghadapi kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat.”
Sebagai kata terakhir, Rektor Unpas menyampaikan terima kasih kepada para orang tua yang telah mempercayai Unpas sebagai tempat menimba ilmu. “Hari ini, kami serahkan kembali putra-putri terbaik Indonesia kepada orang tua, masyarakat, dan bangsa,” ujarnya.
Jadilah Petarung
Sejalan dengan apa yang disampaikan Rektor Unpas, Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi (YPT) Pasundan Dr. H. Makbul Mansyur, M.Si dalam sambutannya menegaskan bahwa rakyat Indonesia sangat menantikan peran nyata para lulusan dalam mendarma-baktikan dirinya.
“Rakyat Indonesia sangat merindukan keadilan dan kehidupan yang sejahtera,” ucap Dr. H. Makbul Mansyur, M.Si..
Ditegaskannya pula bahwa lulusan Unpas mampu membawa angin segar terhadap perubahan dan upaya meningkatkan jatidiri bangsa. “Saat sekarang sikap materialistik sudah sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Akibatnya kita sudah sangat sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta mana yang halal dan mana yang haram. Kehidupan kita sekarang menjadi seperti ini karena budaya malu pada masyarakat sudah hilang,” katanya.
Yang kedua, lanjut Makbul, kita jangan melupakan sejarah bahwa kemerdekaan negara kita ini bukan hadiah, melainkan hasil perjuangan. Karena itu para lulusan Unpas harus menjadi petarung yang tangguh untuk kepentingan bersama. Jangan menjadi pengkhianat.
Pada kesempatan tersebut, Ketua YPT Pasundan berharap agar para lulusan tetap memelihara silaturahim dengan Unpas. Jangan lupakan almamater, ucapnya. Hal itu di antaranya dimaksudkan untuk semakin meningkatkan kinerja Unpas.
“Tentu kami pun berharap, kalau Saudara tidak puas selama belajar di Unpas, segera beri tahu kami, agar secepatnya bisa melakukan koreksi atau perbaikan. Dan kalau Saudara merasa puas, beritahukan kepada orang lain,” ucap Makbul.
Sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimilikinya, YPT terus berupaya untuk meningkatkan berbagai sarana dan fasilitas yang dibutuhkan Unpas. “Alhamdulillah, mahasiswa yang sekarang kuliah di Unpas tidak hanya yang berasal dari Jawa Barat dan sekitarnya saja, melainkan berasal dari 24 provinsi. Ditambah lagi dengan sejumlah mahasiswa asing dari 37 negara sahabat,” ujarnya.
Tonggak Perdamaian
Berdirinya Unpas 56 tahun lalu tidak terlepas dari cita-cita Paguyuban Pasundan sebagai lembaga tertinggi yang menaunginya. Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan, Prof. Dr. H.M. Didi Turmudzi, M.Si. pada sambutannya.
Kepada para lulusan, Prof. Didi berharap, jangan menjadi masalah, melainkan jadilah solusi.”lulusnya Saudara dari Unpas jangan sampai menambah jumlah pengangguran. Ciptakanlah lapangan kerja, minimal untuk diri sendiri,” ucapnya.
Prof. Didi mengajak instrospeksi untuk melakukan refleksi, melihat segala kekurangan yang masih dapat diperbaiki. “Pada kondisi kita sekarang ini, kehidupan kita sebagai bangsa telah mengalami set back. Hal itu terjadi karena Pancasila, persatuan dan kesatuan, serta kebhinekaan yang kita miliki telah dipertaruhkan untuk kepentingan sesaat, baik bagi tercapainya kekuasaan politik maupun ekonomi. Keragaman etnis serta kekayaan budaya yang kita miliki, yang begitu indah, mestinya dipergunakan untuk kemaslahatan Indonesia, bukan untuk tujuan sebaliknya,” katanya.
Menyinggung keberadaan etnis Sunda, menurut Prof. Didi, masyarakat Sunda itu terbuka, sehingga siapapun yang datang ke sini akan dianggap saudara. Karena itu, harmoni di sini jangan sampai dirusak.
Dikatakan lebih lanjut, alumni Unpas harus menjadi tonggak perdamaian, menjadi insan yang membawa pesan damai. Dikatakannya pula, sulit disangkal oleh siapapun, dalam situasi lingkungan yang berubah dengan cepat, sebuah cara yang selama ini dianggap handal, bisa tiba-tiba menjadi tidak lagi akurat. Kearifan yang telah menjadi keniscayaan, tiba-tiba menjadi sebuah kebodohan. Begitu juga dengan nama besar yang selama ini dibanggakan, bisa menjadi ketinggalan zaman. Situasi yang nyaman, tiba-tiba menjadi penuh persaingan yang kadang terasa kejam.”
“Akhirnya, atas nama Pengurus Besar Paguyuban Pasundan, mohon maaf atas segala kekurangan selama Anda belajar bersama di Unpas, termasuk segala ketidak-sempurnaan dalam penyelenggaraan acara wisuda ini. Bukalah pintu maaf, agar ringan melanjutkan perjalanan, dan tidak enggan jika harus kembali pulang,” kata Prof. Didi.
Untuk mewakili para wisudawan-wisudawati, Bupati Majalengka, Sutrisno, yang lulus dari Program Doktor Ilmu Manajemen diberi kesempatan menyampaikan pidatonya. Ia merupakan lulusan Unpas paling senior untuk wisuda kali ini, mengingat usianya yang hampir menginjak 68 tahun.
“Perkenankanlah saya mewakili teman-teman wisudawan-wisudawati, juga atas nama keluarga, untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor, para guru besar dan dosen yang telah memberikan kesempatan dan mendidik kami dalam menyelesaikan jenjang pendidikan di Unpas,” ucapnya. “Kami tidak dapat memberikan balasan apa-apa, kecuali dengan doa, semoga tugas mulia yangtelah dijalankan dengan niat ikhlas mendapat ganjaran pahala di sisi Allah SWT.”
Selanjutnya Sutrisno menyitir pendapat Imam Ghazali tentang belajar dan mengajar sembari mengutip pendapat Mu’az bin Jabal, pelajarilah ilmu! Mempelajarinya karena Allah itu takwa, menuntutnya itu ibadah, mengulangnya adalah tasbih, membahasnya itu jihad, mengajarkan kepada orang yang tidaktahu itu adalah sedekah.
“Sekadar untuk diketahui bahwa dalam prosesi wisuda sekarang ini membaurnya generasi muda dan generasi tua. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu merupakan faktor sangat penting bagi kehidupan manusia, sehingga untuk mencarinya tanpa mengenal batas usia. Oleh karena itu, menuntut ilmuadalah wajib bagi setiap manusia. Tanpa ilmu, kita tidak akan mengetahui siapa diri kita, siapa Allah Azza wa Jalla, dan jalan pulang kepada Allah Sang Khaliq. Makin sedikit ilmu pengetahuan, makin pahit hidup kita ini, karena tak banyak masalah yang dapat diselesaikan,” kata Sutrisni yang lulus dengan predikat cumlaude.
Atas nama seluruh wisudawan-wisudawati, Sutrisno menyampaikan permohonan maaf atas kesalahanyang dilakukan selama menempuh pendidikan di Unpas.*** (TS)