Sebuah komitmen telah disepakati. Di satu pihak ada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung sebagai pelaksana kegiatan dalam jalur birokrasi. Di pihak lain ada Lembaga Budaya Sunda (LBS) Unpas yang bergerak dalam tataran akademik. Lantas keduanya bersinergi untuk melaksanakan kegiatan terkait seni-budaya Sunda.
Ketua LBS Unpas, Dr. Hawe Setiawan selaku tuan rumah menyambut kehadiran Dr. Dedi Dharmawan yang kini menjabat Kepala Bidang Seni Budaya Disbudpar Kota Bandung. Pertemuan dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Agustus 2016, di ruangan LBS, Kampus IV Unpas, Jalan Setiabudhi, Bandung. Selain Sekretaris LBS, Irwan Indrajaya, SH, MH, hadir pula Warek II Unpas, Dr. T. Subarsyah, SH, S.Sos., Sp-1, serta Dr. Yayat Hendayana yang dosen FISS Unpas.
Dikatakan Irwan yang memandu acara, LBS yang merupakan salah satu lembaga pelaksana visi dan misi Unpas, kini sedang mempersiapkan buku ajar utuk mata kuliah Budaya Sunda yang diberikan kepada para mahasiswa di seluruh fakultas yang ada di lingkungan Unpas. Telah pula direncanakan, LBS akan memanfaatkan media pedalangan untuk menyampaikan materi perkuliahan. Maksudnya, mahasiswa diwajibkan menonton pertunjukan wayang berdurasi sekitar dua jam. Materi yang disampaikan bukannya cerita wayang, melainkan yang terkait dengan bahan kuliah.
“Yang ditampilkan pun hanya tokoh wayang tertentu saja, disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Demikian pula bentuk pertunjukannya pun cukup yang sederhana saja,” ucap Hawe.
Rencana tersebut langsung disambut Dedi. Pihak Disbudpar bersedia menyediakan sejumlah dalang yang diperlukan, serta dinilai punya kemampuan untuk melaksanakan program dimaksud.
“Pokoknya kami siap membantu. Tapi di pihak lain, Disbudpar berharap Unpas bisa menunjang program kegiatan kami, khususnya yang berupa masukan-masukan hasil kajian akademik,” ucap Dedi.
Untuk itulah LBS diharapkan dapat melaksanakan semacam work-shop, dengan menampilkan sejumlah pakar, terutama yang memiliki keahlian di bidang seni-budaya tradisional Sunda. Dikatakan Dedi, Walikota Bandung menaruh perhatian besar terhadap program seni-budaya di masyarakat. Agar pelaksanaannya lebih terarah, tentu harus didukung oleh konsep yang dihasilkan kalangan akademisi.
“Masukan-masukan semacam itu tentu sangat berarti bagi Disbudpar dalam meningkatkan kegiatan seni-budaya sekaligus pariwisata di masyarakat, sehingga motto Bandung Juara akan lebih mudah terealisasikan,” ucapnya lagi.
Terhadap hal itu, Wakil Rektor II Unpas Dr. T. Subarsyah menyebutnya sebagai “adumanis Disbudpar-Unpas”. Semacam sinergitas yang bersifat simbiose mutualistik. “Tentu ke depannya harus pula dikaitkan dengan program Dinas Pendidikan,” ucapnya.
Subarsyah mengatakan, misalnya saja dibuat program kegiatan “Bandung ti Tungtung ka Tungtung” untuk lebih memperkenalkan seni-budaya, yang hal itu bisa terkait pula dengan program pariwisata.
“Kalau kita datang ke Bali, suguhan seni-budaya setempat terdapat di mana-mana. Demikian pula kalau kita datang ke Yogya. Lalu bagaimana dengan Bandung? Ini merupakan kewajiban kita untuk menyusun program sekaligus dengan langkah-langkah strategisnya. Disbudpar punya peranan besar, misalnya saja program seni Sunda masuk hotel. Untuk itu, Unpas siap menyumbangkan pemikiran melalui kajian akademik. Tokh Unpas punya LBS,” ucap Subarsyah.
Untuk lebih meningkatkan program Rebo Nyunda, mestinya ada pedoman tertulis dalam bentuk pola-laku, sehingga dalam operasionalisasinya akan lebih terarah lagi. “Unpas siap mendukung hal itu,” ucapnya lagi.***