BANDUNG, unpas.ac.id – Selama masa pandemi Covid-19, budidaya ikan air tawar menjadi salah satu sektor usaha yang populer dan potensial untuk dikembangkan. Jika dikelola dengan baik, sektor ini mampu mendulang profit yang tinggi.
Hasil perikanan merupakan sumber protein murah yang dapat mendukung ketahanan pangan. Ikan tidak hanya menjadi konsumsi kalangan menengah ke atas, namun masih bisa dijangkau masyarakat kelas bawah.
Peluang inilah yang dimanfaatkan mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pasundan Naufal Fadhilah Ramadhan atau Nafara Tirta. Sejak 2019, ia mengelola empat kolam berisi ikan mas, bawal, dan nila.
Selain perikanan, Nafara juga merambah sektor usaha peternakan kambing dan domba. Tak sampai setahun, tepatnya pada Februari 2020, ia sudah bisa menambah kolamnya dan meresmikan nama Atnaka Fish and Farm yang berlokasi di Bogor.
Menariknya, usaha yang ia jalankan bersama pamannya ini tidak sekadar menguntungkan dirinya, melainkan sekaligus memberdayakan petani dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang ekonominya terdampak pandemi.
“Di akhir 2020, permintaan pasar meningkat dan saya tidak punya cukup kolam. Akhirnya, saya bekerja sama dengan petani sekitar yang memiliki kolam, namun usahanya terhenti karena tidak dapat menyuplai ikan. Jadi petani menyediakan lahannya, saya yang suplai ikannya,” katanya, Selasa (29/6/2021).
Nafara juga mengedukasi para petani mengenai pengelolaan ikan agar produksi dan penjualan dapat terus berjalan tiap bulan. Menurutnya, petani di daerah masih banyak yang belum memahami pengelolaan usaha perikanan, sehingga hanya bergantung pada tengkulak dan panen tiga bulan sekali.
“Pola pikir petani masih sebatas menjalankan usaha dan memproduksinya ke tengkulak. Jadi saya berbagi ilmu, bagaimana supaya setiap bulan ada peningkatan income, pasokan ke luar tetap jalan, cara membudidayakan ikan di kolam, sampai konsep penjualan,” tambahnya.
Konsep penjualan Atnaka Fish and Farm ditujukan untuk konsumen akhir dan distributor. Masyarakat sekitar yang tidak memiliki penghasilan bisa ikut menjual dan menjajakan langsung kepada konsumen akhir.
“Dengan begitu, masyarakat memperoleh pekerjaan dan konsumen mendapat ikan segar yang harganya sesuai pasar, bahkan lebih murah,” ujarnya.
Untuk memperluas pasar, Nafara juga bekerja sama dengan pemancingan, hotel, dan restoran. Agar banyak yang memasok ikan, ia memberikan keringanan pembayaran dan memperbolehkan distributor membayar di akhir.
“Ini strategi kami guna meringankan konsumen. Misal perminggu ada restoran yang mengambil 1 kuintal, maka pembayaran bisa dilakukan di pengantaran berikutnya setelah mereka menerima uang dari pembeli,” terangnya.
Melihat omzet di sektor perikanan cukup menjanjikan, pada 2025 mendatang, ia berencana membuat mal khusus ikan terbesar dan satu-satunya di Jawa Barat. Nantinya, mal tersebut akan diisi seluruh jenis ikan, baik ikan air tawar, ikan laut, maupun ikan hias.
“Ikan merupakan kebutuhan konsumen yang sampai kapanpun tidak akan habis. Bukan hanya satu dua tahun, tapi seterusnya omzet di bidang ini saya kira bakal terus menjanjikan,” tutupnya. (Reta)*