BANDUNG, unpas.ac.id – Sudah kurang lebih 12 tahun Majelis Perempuan Berdzikir Indonesia (MPBI) berdiri. MPBI merupakan yayasan yang diketuai Dr. Hj. Erni Rusyani Ernawan, SE. MM. dosen sekaligus Ketua Lembaga Penelitian (Lemlit) Universitas Pasundan.
Pada acara talkshow yang ditayangkan di TV Harmoni, Jumat (31/12/2021), Erni mengatakan, kegiatan MPBI berpusat di Masjid Al-Irsyad, Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Hingga saat ini, MPBI rutin mengadakan kegiatan Itikaf Dhuha, Sepekan Khatam Alquran (Tadarus) yang dimulai tiap hari kedua Ramadan, wisata ziarah, dan kajian agama. Ketika pandemi Covid-19 merebak, MPBI juga berikhtiar menggelar salat hajat yang diikuti 750 jamaah.
Hampir di setiap kegiatan MPBI, animo jamaah selalu membludak hingga mencapai ribuan. Jamaah dan anggota MPBI bahkan tidak hanya dari wilayah Kabupaten Bandung Barat, tapi juga sampai ke luar kota dan luar pulau, seperti Jabodetabek dan Sumatra.
“Itikaf Dhuha diawali dengan kegiatan salat dhuha yang diarahkan oleh pemandu, salat tasbih, tawasul, dzikir, shalawat, membaca asmaul husna, dan muhasabah. Setelah itu baru tausiyah bersama ustaz dan tanya jawab, tapi didominasi pertanyaan dari jamaah kepada penceramah,” katanya.
Itikaf Dhuha sering menghadirkan ustad dan ulama besar, seperti Evie Effendi, Erick Yusuf, Mamah Dedeh, Dai Nanang Qosim, Tengku Maulana, Tata Sukayat, dan masih banyak lagi.
Begitu pula dengan Sepekan Khatam Alquran, meski selama pandemi kegiatan dialihkan lewat daring, namun tidak mengurangi antusias jamaah. Kegiatan bertajuk ‘Tadarus on Zoom’ ini justru semakin produktif karena dikemas berbeda.
“Sepekan rata-rata setiap hari khatam, kadang malah bisa dua kali sehari. Dua tahun pandemi justru saya lihat lebih produktif, jamaah diberi PR untuk dikerjakan, sehingga ada kesibukan. Itikaf Dhuha juga dilakukan terus-menerus, tidak pernah putus,” lanjutnya.
Dari tahun ke tahun, jamaah MPBI kian meningkat dan mengalami perkembangan. Sebab, yang ditekankan bukan hanya aspek tasawuf atau pembersihan jiwa, tapi juga mempererat jalinan kekeluargaan.
“Sisi tasawuf sangat dipentingkan, karena saya ingin ketika jamaah pulang dari majelis ini ibadahnya bisa ditingkatkan, mengingat dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, membiasakan amalan sunah, dan bermuhasabah diri,” tuturnya.
Hal tersebut menjadi pemicu baginya untuk lebih khusyuk dan meningkatkan ibadah sebagai bekal di kehidupan akhirat yang kekal.
“Kondisi inilah yang membuat saya bertahan sampai sekarang, walaupun dengan dinamika yang luar biasa, tidak lain supaya MBPI terus berjalan. Kekurangan itu pasti, tapi saya harap MBPI bisa bertahan meski nanti saya sudah tidak ada,” tutupnya. (Reta)*