BANDUNG, unpas.ac.id – Menjadi mahasiswa, monoton rasanya jika hanya berkutat di lingkungan kampus. Padahal, kesempatan mengembangkan potensi terbuka lebar dan banyak manfaat yang bisa diberikan kepada sekitar.
Kesempatan tersebut tak disia-siakan oleh Novadila Ramadhan, mahasiswi angkatan 2018 Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Pasundan. Ia dan 17 volunter dari disiplin ilmu yang berbeda terpilih sebagai delegasi Indonesia Youth Action (IYA) di Pulau Sebatik.
IYA adalah program pemberdayaan sosial masyarakat dan kepemudaan di daerah 3T untuk membantu tercapainya target SDGs Desa yang diselenggarakan Yayasan Indonesia Youth Action. IYA berkedudukan di Banda Aceh dan berdiri pada 2020 lalu.
Terdapat tiga jalur pendaftaran, yaitu Fully Funded (100 persen dibiayai oleh Yayasan IYA), Partial Funded (potongan biaya sebesar 50%), dan Self Funded (100 persen biaya pribadi). Ada tiga orang yang menerima pembiayaan penuh, sedangkan Dila menjadi peserta yang lolos Partial Funded.
Mahasiswi asal Bandung yang akrab disapa Dila ini berhasil lolos setelah melewati rangkaian seleksi yang cukup ketat. Dila bakal membawa misi sosial bertajuk Action Youth #3 di Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara pada 23-29 Oktober 2021 mendatang.
Garap empat fokus program
“Ada empat fokus yang akan kami implementasikan di sana, yaitu pendidikan, kesehatan, lingkungan sosial, serta pariwisata dan ekonomi kreatif. Saya memilih divisi pendidikan dan sebelumnya sudah mengajukan tiga program kerja,” katanya, Rabu (18/8/2021).
Pada divisi pendidikan, program yang dijalankan meliputi kelas inspirasi, taman baca masyarakat, PBB dasar, edukasi bela negara, sekolah alam, pengembangan literasi, hingga membangun soft skill dan kreativitas anak.
Divisi kesehatan di antaranya mengadakan program sikat gigi massal, medical check up, penyuluhan gizi seimbang, balita sehat, dan lain-lain. Sementara divisi ekonomi kreatif akan mengajarkan pembuatan ketan, kerajinan tangan, pengadaan bazar, dan festival seni pemuda.
“Divisi lingkungan sosial nantinya memberikan pemahaman tentang pengolahan sederhana sampah rumah tangga (ekoenzim), pembuatan tempat sampah, dan program rumah pangan lestari seperti apotek hidup yang memanfaatkan tanaman herbal,” tuturnya.
Tekad kuat tingkatkan kualitas pendidikan masyarakat
Semula, Dila hendak mengikuti kegiatan magang yang diwajibkan kampus mengingat dirinya sudah memasuki semester 7. Namun, sebagian besar kantor masih memberlakukan kebijakan WFH, sedangkan Dila merupakan pribadi yang lebih senang terjun di lapangan.
Menariknya, Dila mengatakan tak sengaja menemukan informasi kegiatan Action Youth #3 di media sosial sepekan sebelum pendaftaran ditutup. Ia bahkan baru mengisi dokumen esai yang memuat gagasan program kerja di hari terakhir pendaftaran.
“Sebelum memutuskan untuk mendaftar, saya terlebih dahulu melakukan riset supaya punya gambaran tentang kondisi di tempat pengabdian. Riset ini penting agar program kerja yang dirancang sesuai dengan realita dan problem masyarakat,” ujar Dila.
Dalam esai yang dibuatnya, Dila mengusulkan tiga gagasan, yaitu mewajibkan siswa membaca buku 15 menit sebelum pelajaran dimulai, meningkatkan soft skill melalui kegiatan menarik, dan menginisiasi program kakak asuh.
“Jadi di perbatasan ada SD 004 Sebatik Tengah yang mayoritas siswanya berasal dari Malaysia. Untuk ke sekolah, mereka harus berjalan beberapa kilometer, bahkan memakan waktu sampai 1 jam. Sembari menunggu teman-temannya datang, siswa di sekolah wajib membaca buku 15 menit. Dila ingin kebiasaan baik ini juga diterapkan di sekolah lain untuk membangun literasi,” lanjutnya.
Dila juga bertekad meningkatkan soft skill anak-anak supaya terbentuk kepercayaan diri, sehingga mereka bisa mengangkat derajat keluarganya. Terlebih, masih banyak masyarakat yang berpikir tidak perlu sekolah karena nantinya hanya membantu orang tua di kebun sawit atau menjadi nelayan.
Keluar dari zona nyaman dan memberikan kontribusi terbaik
Lewat keikutsertaannya di program Action Youth #3, Dila ingin memberikan kontribusi terbaiknya di Pulau Sebatik. Dara yang aktif di organisasi kampus ini juga berharap bisa memberikan kesan positif bagi masyarakat agar mampu memberdayakan SDM dan kekayaan SDA-nya.
“Sejak SMP, SMA, sampai kuliah, saya merasa hanya bergerak di lingkup siswa dan mahasiswa. Oleh karena itu, saya berpikir untuk lebih produktif dan keluar dari zona nyaman dengan mengabdi pada masyarakat. Saya harap, ada kelanjutan jangka panjang dari program ini dan saya juga bisa mengadakan kegiatan serupa untuk masyarakat di sekitar saya,” tuutpnya. (Reta)*