BANDUNG, unpas.ac.id – Program peningkatan kompetensi dai terus digulirkan Paguyuban Pasundan. Hal ini dirasa penting mengingat banyaknya isu terkait adanya dai yang tidak memiliki kompetensi tetapi tetap berani menyampaikan tausiah.
Melalui kerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung, Paguyuban Pasundan menyelenggarakan kegiatan Penguatan Kompetensi Dakwah Para Dai Berbasis Kearifan Sunda, Sabtu (29/1/2021) di Mandala Saba Dr. Djoendjoenan, Jalan Sumatra No. 41, Bandung.
Kegiatan yang diselenggarakan secara offline ini diikuti oleh 200 dai dari MUI di tingkat kecamatan dan kelurahan se-Kota Bandung.
Narasumer yang dihadirkan di antaranya Ketum PB Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si., Ketua MUI Kota Bandung Prof. Dr. Miftah Faridl, MA., Plt. Wali Kota Bandung H. Yana Mulyana, SE.
Hadir pula Warek I Unpas Prof. Dr. H. Jaja Suteja, M.Si., Rektor UIN SGD Bandung Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si., Ketua LP2SI Unpas Dr. H. Tata Sukayat, M.Ag., Ketua Lembaga Budaya Sunda Unpas Dr. H. Wawan Setiawan, M.Sn, dan lain-lain.
Prof. Didi menuturkan, Paguyuban Pasundan mengemban misi untuk menjaga dan mengembangkan syiar Islam (keislaman) dan budaya Sunda (kesundaan). Keduanya mesti melekat dalam diri masyarakat Sunda.
“Penguatan kompetensi ini diharapkan dapat membekali para dai dalam berdakwah. Agar dakwah yang dijalankan dapat berjalan dengan efektif, nilai-nilai budaya seperti bahasa Sunda harus terus didekatkan kepada masyarakat,” tuturnya.
Dalam pemaparannya, ia juga menjelaskan tentang Peta Jalan Paguyuban Pasundan dalam Merawat dan Melestarikan Budaya Sunda di Era Multi Ideologi. Tiga hal yang ia tekankan yaitu prinsip nyantri, nyunda, nyakola.
Nyantri berarti memiliki kecerdasan spiritual, menjadikan ajaran Islam sebagai acuan dalam setiap napas kehidupan, serta membela agama dan negara dengan segenap potensi diri.
Nyunda, memiliki kecerdasan emosional yang menjadi simbol kesetaraan, simbol kemodernan, dan simbol integrasi. Sementara nyakola, memiliki kecerdasan intelektual dan artifisial, mementingkan kekuatan nalar, dan melahirkan karya yang bermanfaat bagi sesama.
Di waktu yang sama, Plt Wali Kota Bandung, H. Yana Mulyana, SE. mengapresiasi kolaborasi antara MUI Kota Bandung dan Paguyuban Pasundan.
Menurutnya, Paguyuban Pasundan merupakan organisasi yang tepat untuk memahami kearifan Sunda, termasuk dalam memperkuat kompetensi dakwah.
“Mudah-mudahan, kegiatan ini dapat menjadi kalender tetap di MUI Kota Bandung dan Paguyuban Pasundan, sehingga akan lebih banyak dai yang terlibat,” ujarnya.
Yana berharap, ke depannya dakwah bisa lebih mudah di mengerti dan diterapkan dengan baik agar tidak menimbulkan pro-kontra dan perpecahan. Hal tersebut juga tengah diupayakan Pemkot Bandung, utamanya dalam mewujudkan Bandung sebagai kota yang unggul, nyaman, dan sejahtera.
Dikaitkan dengan prinsip nyantri, nyunda, nyakola, Warek I Unpas Prof. Dr. H. Jaja Suteja, SE., M.Si. pada kesempatan ini memaparkan tentang strategi penanaman nilai kesundaan dan keislaman di Unpas menggunakan media pembelajaran dan perkuliahan.
“Di Unpas, nilai-nilai Islam dan Sunda diimplementasikan lewat modul integratif, mata kuliah khusus keislaman dan kesundaan, penulisan karya ilmiah, dan pengabdian masyarakat,” paparnya.
Ketua LP2SI Unpas Dr. H. Tata Sukayat, M.Ag. mengatakan, spirit yang dibawa oleh Islam dan Sunda sejatinya sama. Baik dari segi agama maupun budaya, keyakinan kepada Tuhan, moralitas, perilaku, dan pengetahuan menjadi aspek yang tak terpisahkan.
“Hasil kegiatan ini akan dirumuskan dan ditunjang dengan kajian keilmuan yang mengacu pada buku-buku untuk membangun sinergitas konstruktif,” tutupnya. (Reta)*