BANDUNG, unpas.ac.id – Saat ini, pebisnis dihadapkan dengan era digital yang erat dengan kecanggihan teknologi. Selain memberikan pelayanan yang baik, pebisnis seharusnya sudah lebih native dalam memanfaatkan teknologi, terutama untuk mengelola database pelanggan.
Menurut Dosen Universitas Pasundan sekaligus Peneliti Ekonomi Akuntansi Digital Budi Septiawan, S.E., M.Ak., MIM., CMA., pengelolaan database seperti nama konsumen, nomor telepon, alamat rumah, hingga produk yang sering dibeli dapat meningkatkan transaksi penjualan.
Pada diri pelanggan, terdapat atribut data yang bisa dimanfaatkan untuk mengambil keputusan bisnis. Lantas, bagaimana cara mengumpulkan data pelanggan, khususnya bagi pelaku UMKM yang belum dibantu sistem seperti point of sales (POS) atau mesin kasir?
Pertama, buatlah media sosial dan ciptakan konten semenarik mungkin agar banyak pelanggan yang terjaring. Konten tidak harus selalu tentang berjualan, bisa juga konten edukasi atau humor.
Kedua, pebisnis bisa membuat grup WhatsApp pelanggan untuk sesekali memasarkan produk atau memberikan promo.
Ketiga, membuat survei dengan aplikasi formulir online. Teknisnya, pebisnis bisa menyebarkan formulir via WhatsApp atau membuat QR code yang dipasang di gerobak jualan, kemudian meminta pelanggan untuk mengakses dan mengisi survei tentang produk yang ditawarkan.
“Mungkin tidak semua pelanggan mau mengisi survei tersebut, tapi pebisnis yang smart bisa memberi iming-iming seperti voucher atau promo. Dengan hal-hal sederhana ini, pelaku UMKM dapat membuat ekosistem pelanggan dan menjaring database pelanggan,” katanya.
Dua Aktivitas
Pada tahap pengelolaan database, ada dua aktivitas utama yang bisa dilakukan. Pertama, labeling atau memberikan tanda (tag) pada data pelanggan yang sudah diperoleh. Proses ini berguna untuk mengidentifikasi data pelanggan secara individu.
“Jika pebisnis mendapatkan data pelanggan lewat nomor WA, namai kontaknya dengan nama khusus, misalnya ‘Si Loyal’, ‘Si Telat Bayar’ dan lain-lain supaya lebih mudah mengarahkan promosi sesuai kategorisasinya,” katanya.
Kedua, grouping atau pengelompokkan, yaitu aktivitas mengelompokkan data per kelompok dan per segmen konsumen. Grouping data dapat dibagi berdasarkan wilayah, usia, pekerjaan, jenis kelamin, riwayat transaksi pembelian, dan seterusnya.
Mengambil Keputusan
UMKM memang tidak mempunyai sumber daya atau teknologi yang canggih dalam pengelolaan bisnisnya, namun keputusan bisnis harus tetap dilakukan agar UMKM dapat menentukan strategi dan berkembang.
“Jangan sampai UMKM beralasan tidak punya modal besar untuk berinvestasi di bidang IT. Apalagi sekarang banyak media teknologi yang gratis, murah, dan gampang digunakan,” lanjutnya.
UMKM bisa menggunakan Whatsapp untuk membuat grup konsumen, bahkan mengirim pesan secara otomatis, begitu pula email yang bisa digunakan untuk mengirim pesan custom dan sesuai keinginan. Beragam tool dari Google pun banyak menyediakan platform gratis seperti google formulir, google drive, google trends dan lainnya juga.
“Platform-plaform tersebut sering memberikan informasi mengenai data pelanggan yang sudah diolah. Bahkan beberapa platform memvisualisasikannya dalam bentuk diagram dan grafik,” tuturnya.
Informasi tersebut sangat berguna dalam pengambilan keputusan bisnis, seperti jumlah persediaan yang harus dimiliki, pelanggan mana yang harus diberi diskon, kapan mesti menghubungi suplier, atau layanan apa yang bisa diberikan.
“Di atas semua bentuk pengelolaan data dan teknologinya, pebisnis harus mampu bermitra dengan pelanggannya. Hadirkan rasa empati yang tinggi kepada para pelanggan, berikan pengalaman yang nyaman dan menyenangkan,” tutupnya. (Reta)**