BANDUNG, unpas.ac.id – Sabtu, 10 Juli 2021 lalu, Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam (Mapak Alam) Universitas Pasundan telah merampungkan rangkaian kegiatan Pendidikan Dasar Mapak Alam (PDMA) virtual bagi anggota baru.
Sejak berdiri pada 28 Oktober 1979, gelaran PDMA ke-40 ini menjadi yang pertama dalam sejarah, karena sebelumnya selalu dilakukan di lapangan. Pandemi yang belum kunjung usai membuat PDMA terpaksa digelar melalui aplikasi telekonferensi.
Kegiatan dibuka di Ruang Kemahasiswaan, Jalan Gajah Lumantung, Bandung oleh Wakil Rektor III Unpas Dr. H. Deden Ramdan, M.Si selaku pembina Mapak Alam. Dalam sambutannya, ia mengingatkan pentingnya komitmen bagi unit organisasi di lingkungan Unpas.
“PDMA virtual merupakan wujud konsistensi Mapak Alam untuk tetap eksis. Di tengah situasi pandemi, Mapak Alam berusaha teguh dan bertanggung jawab melestarikan alam sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kita sebagai manusia untuk senantiasa melindungi bumi tetap lestari. Mudah-mudahan peserta yang dinyatakan lulus dapat menjaga spirit organisasi,” tuturnya.
Dilangsungkan selama dua pekan dari 27 Juni-10 Juli 2021, PDMA virtual yang mengusung tema Jujur, Loyal, dan Bertanggung Jawab diikuti dengan antusias oleh para peserta. Mereka diberikan materi seputar keorganisasian, mental ideologi, gunung hutan dan SAR, caving, rock climbing, bahari, dan lingkungan hidup.
“Materinya sama dengan kegiatan PDMA biasanya, yang membedakan hanya tidak ada praktik langsung. Namun, agar peserta memiliki gambaran simulasinya, di setiap materi kami tayangkan dokumentasi kegiatan Mapak Alam,” jelas Ketua Umum Mapak Alam Periode 2020-2021, Dede Mohamad Soleh, Rabu (14/7/2021).
Dede mengatakan, dua bulan sebelumnya panitia sudah melakukan seleksi administrasi, screening kesehatan, tes fisik, psikotes, dan wawancara. Dari hasil seleksi, 14 orang lolos untuk mengikuti PDMA. Namun, 2 orang dinyatakan gugur saat kegiatan berlangsung.
“Perlu diakui, menerima teori dua minggu berturut-turut tentu boring, tapi Alhamdulillah antusias peserta cukup baik dan konsistensinya kuat, karena mereka sungguh-sungguh untuk menjadi anggota Mapak Alam,” katanya.
Pada kondisi normal, kegiatan PDMA sangat dekat dengan alam. Peserta akan melaksanakan praktik rock climbing di Tebing Citatah, dilanjutkan dengan arung jeram di Citarum. Setelah itu, peserta melakukan long march dari titik yang ditentukan ke Bukit Tunggul, Lembang.
“Di Bukit Tunggul, kami camp selama 7 hari. Setiap harinya diisi dengan kegiatan, mulai dari simulasi SAR, gunung hutan, navigasi, dan lain-lain. Kami fokus membentuk fisik, karakter, dan mental peserta sebagai pecinta alam,” lanjutnya.
Mapak Alam dikenal sebagai lembaga kemahasiswaan yang kental akan rasa kekeluargaannya. Namun, karena dilaksakanan secara virtual, feeling kekeluargaan belum begitu terbangun dan interaksi satu sama lain masih dirasa kurang.
Kendati demikian, Mapak Alam tetap menekankan kepada anggota agar berprinsip untuk senantiasa menjaga dan melestarikan alam, serta memanfaatkan sumber daya yang ada seefektif dan seefisien mungkin.
“Oleh karenanya, berdasarkan hasil diskusi antara Tim Mental Ideologi dengan peserta, angkatan ke-40 ini dinamai Chatura Deepa yang maknanya cahaya kecerdasan,” tutup Dede. (Reta)*