BANDUNG, unpas.ac.id – Bagaimana rasanya kalau kamu tiba-tiba diberi tawaran kuliah S2 gratis di luar negeri, tanpa perlu apply beasiswa, bahkan tidak melewati seleksi apapun?
Bukan cerita fiksi, pengalaman berkesan ini benar-benar dirasakan oleh alumni Teknik Informatika Universitas Pasundan Aria Bisma Wahyutama, S.T. yang kini sedang menempuh Master Degree di Changwon University Korea.
Tepat 3 tahun lalu, Aria, sapaan akrabnya, diperkenalkan dengan Prof. Hwang Min Tae, guru besar Changwon University yang tengah menghadiri Seat In Program di Fakultas Teknik Unpas.
FT Unpas, khususnya program studi Teknik Informatika memang menjalin kerja sama dengan Changwon University. Namun, tidak terlintas di benak Aria bisa mendapat tawaran beasiswa langsung dari Prof. Hwang. Apalagi, saat itu ia belum menuntaskan studi S1, bahkan masih menyusun laporan Kerja Praktik.
Melihat track record Aria yang cukup mengesankan, mulai dari pertukaran mahasiswa ke Malaysia, hingga dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi Unpas 2018, Prof. Hwang tidak ragu untuk memberikan beasiswa kepadanya.
“Sebelum saya, sudah ada 2 mahasiswa Teknik Informatika Unpas yang menerima beasiswa serupa di Changwon University. Mungkin, Prof. Hwang menyukai etos kerja mahasiswa Teknik Informatika Unpas, jadi ketika dapat tawaran tersebut, saya tidak pikir panjang untuk menerimanya,” katanya, Rabu (24/8/2022).
Tak lama setelah merampungkan sidang akhir, Aria memutuskan untuk berangkat ke Korea Selatan. Ia mengambil studi S2 di Department of Information and Communication Engineering.
Kerjakan Proyek untuk Tambah Uang Saku
Meski hanya tuition fee (dana pendidikan) yang ditanggung, menariknya Aria tidak pernah merogoh kocek sendiri untuk living cost, transport, uang makan, atau keperluan lain di luar perkuliahan. Ia mendapat uang tambahan dari proyek ilmiah di kampusnya, seperti penelitian, kegiatan di laboratorium, dan lain-lain.
“Mekanismenya, berdasarkan salah satu proyek yang saya kerjakan, ada perusahaan di Korea yang menggelontorkan dana untuk mahasiswa. Jadi para profesor harus mengajukan topik penelitian, menyusun proposal, lalu submit melalui universitas. Kalau dinilai layak, maka perusahaan terkait akan mencairkan dana penelitian,” paparnya.
Dana yang dicairkan, kata Aria, 100 persen diperuntukkan bagi mahasiswa. Mahasiswa dibayar dengan dana tersebut, baik untuk keperluan stationery, device jika diperlukan, sampai publikasi. Dari situlah Aria mengumpulkan pundi-pundi tambahan.
Di akhir proyek, hasil penelitian akan diserahkan ke perusahaan dan menjadi hak milik perusahaan. Menurut Aria, ini merupakan upaya perusahaan Korea untuk menambah repository. Ketika perusahaan memerlukan sesuatu yang spesifik, mereka cukup membuka arsip dari hasil penelitian mahasiswa.
“Saya juga pernah mengerjakan proyek yang berhubungan dengan recycling. Saya buat tempat sampah yang dilengkapi kamera. Jadi saat kita pegang recycle trash, kamera akan menyala dan mendeteksi sampah untuk dibuang ke kategori yang tepat,” kata Aria.
Aria terbiasa berkecimpung dengan paper dan penelitian. Belum genap 2 tahun, Aria sudah menerbitkan kurang lebih 16 judul. 2021 lalu, Aria juga menyabet Best Paper Award pada The 17th International Conference on Multimedia Information Technology and Applications (MITA).
Jadi Kesayangan Profesor
Kendati sangat ingin kembali ke tanah air dan membangun Unpas, namun dirinya ‘didesak’ oleh Prof. Hwang untuk melanjutkan S3 di Changwon University, masih dengan beasiswa. Februari 2023 mendatang, ia akan diwisuda dan selang sebulan langsung menjalani studi doktoral.
Alumni angkatan 2016 ini bermimpi mengaplikasikan sistem pendidikan di Korea, seperti menyediakan work space privat untuk mahasiswa, menggencarkan penelitian dan membiayainya secara penuh, memperbanyak beasiswa, sampai membebaskan biaya publikasi agar dosen dan mahasiswa lebih semangat menulis.
“Saya yakin Unpas bisa menuju ke sana. Saya ingin kembali ke Unpas, karena bagaimana pun Unpas yang membuat saya sampai di titik ini,” tandasnya. (Reta)**