BANDUNG, unpas.ac.id – Universitas Pasundan berduka. Dosen Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS) Dr. Yayat Hendayana, M.Hum. yang juga budayawan dan sastrawan Sunda meninggal dunia pada usia 80 tahun, Rabu (26/7/2023) di RSUD Al Ihsan, Kabupaten Bandung.
Wartawan senior dan tokoh panutan ini sempat mengenyam pendidikan di Akademi Teater dan Film Bandung pada tahun 1965. Ia juga pernah menerima beasiswa dari UNESO dan belajar di International Institute of Journalism (JIJ), Berlin, Jerman.
Lama berkecimpung di dunia jurnalistik membuat Dr. Yayat Hendayana, M.Hum. diamanahi sebagai Redaktur Majalah Manglé (1968-1972), Redaktur Gondéwa (1972-1975), Redaktur Koran Pikiran Rakyat, hingga aktif di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan dipercaya menjadi Ketua PWI Jabar periode 1984-1989.
Namanya begitu dikenal di tanah kelahirannya karena kecintaannya pada budaya Sunda. Salah satu karyanya yang populer berjudul Doa Angkatan Kami, buku antologi puisi yang ia tulis dari tahun 1973-2004.
Keaktifannya dalam bersajak dan memperdalam budaya Sunda membuatnya dipercaya sebagai Ketua Pengelola Akademi Budaya Sunda Unpas dan menjadi Penanggung Jawab Unpas Press.
Setengah usianya dihabiskan untuk menggeluti dunia literasi dan tulis-menulis. Puisinya dimuat di berbagai media massa seperti Pikiran Rakyat, Budaya Jaya, Horison, Majalah Sunda Manglé, Gondéwa, dan lainnya.
Penghargaan Sastra dari Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS) pun pernah diraihnya pada tahun 1998.
Sosok Penyabar
Dilansir dari koran-gala.id, Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si. terlihat ikut menyalatkan jenazah dan mengantar hingga ke peristirahatan terakhir.
Prof. Didi mengenang almarhum sebagai pribadi yang penyabar, profesional, dan budayawan Sunda yang luar biasa.
“Pengorbanan, pengabdian, serta perhatiannya terhadap pengembangan dan pelestarian budaya Sunda sangat luar biasa. Bahkan kita bersama-sama mendirikan Akademi Budaya Sunda, beliau yang merintis dengan saya,” ungkap Prof. Didi.
Prof. Didi mengaku kembali kehilangan sosok budayawan Sunda, setelah Hidayat Suryalaga, Kang Ibing, Ajip Rosidi, dan budayawan Sunda lainnya lebih dulu berpulang.
“Beliau layak mendapat penghargaan atas jasanya melestarikan budaya Sunda. Dari Paguyuban Pasundan sudah (diberi penghargaan), karena beliau berbakti dan turut mengabdi menjadi akademisi di Unpas sampai akhir hayatnya,” tutupnya.
Selamat jalan, Dr. Yayat Hendayana, M.Hum. Namamu akan selalu dikenang di tanah Pasundan dan kekal bersama sajak-sajak Sunda. (Reta)*