BANDUNG, unpas.ac.id – Menulis, terutama sastra, adalah dunia lain Adi Rustandi, M.Pd. selain berprofesi sebagai dosen di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Pasundan.
Ia telah menerbitkan puluhan novel, baik cetak maupun digital. Tak hanya itu, ia juga aktif menulis puisi, syair lagu nasyid, dan sedang belajar menulis skenario film.
Pada mata kuliah Jurnalistik, ia bersama mahasiswanya menerbitkan buku kumpulan feature bertajuk Kisah Inspirasi Anak Negeri.
“Dalam buku ini, banyak kisah inspiratif dari berbagai profesi yang menyentuh hati dan kisah teladan yang menyentuh perasaan,” tulisnya dalam akun IG @adirustandi84.
Untuk melahirkan karya sastra, kunci utama yang harus dibiasakan adalah membaca. Hal ini ia sampaikan pada Kuliah Umum Penelitian Sastra Kontemporer dan Transformasi Media Publikasi, 12 April 2023.
“Baca buku yang menurut anda menginspirasi dan sesuai dengan genre yang disukai supaya punya parameternya. Lalu, mulailah menulis. Saya sering mendorong mahasiswa untuk ikut lomba menulis agar motivasinya terbangun dan kemampuannya terasah,” jelasnya.
Gemar membaca juga menunjukkan bahwa seseorang bersungguh-sungguh menulis. Namun, untuk menghasilkan karya yang hebat, dibutuhkan kesabaran dalam menemukan ide, menyelesaikan tulisan, mencari penerbit, hingga proses penerbitan.
“Kalau tahapan itu sudah dilalui, kunci selanjutnya harus fokus. Mantapkan diri kita untuk mendalami dunia kepenulisan. Perbanyak baca karya sastra, serius menulis, dan bersabar menghadapi prosesnya,” tutur penulis novel digital ‘Seberapa Pantas’ ini.
Di era transformasi digital, menerbitkan buku tidak melulu melalui penerbit cetak. Banyak platform digital yang dapat dimanfaatkan untuk publish karya, seperti Wattpad, Storial.co, Klakklik, Gramedia Writing Project (GWP), Rakata, dan lain-lain.
Dalam waktu dekat, Adi akan merilis dua novel terbarunya, yaitu Cinta yang Halal dan Akhirnya Aku Menemukanmu.
“Produser film sekarang mulai melirik novel digital. Banyak sekali film layar lebar yang diangkat dari novel-novel digital. Terdekat ada film Buya Hamka yang diadaptasi dari novel biografi dengan judul yang sama. Menurut saya, kalau betul-betul digeluti, dunia kepenulisan/sastra memang sangat menjanjikan,” tandasnya. (Reta)**