Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom membuka pelatihan Pengembangan SDM Dosen FISIP Universitas Pasundan.
Siapa cepat menangkap peluang, maka dialah yang akan menjadi pemenang. Begitulah strategi yang harus diterapkan di Era Disrupsi, yang saat ini ditandai 4.0 menuju 5.0.
Hal tersebut dikatakan Rektor Unpas, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp., M.Si., M.Kom, saat memberikan sambutan pada acara pelatihan yang diselenggarakan FISIP Unpas, berupa pengembangan SDM dosen. Acara yang mengusung tema “Produktivitas dan Profesionalisme Dosen di Era 4.9 menuju 5.0” tersebut dilaksanakan hari Sabtu 1 Februari 2020, di Hotel Prama (dulu Preanger), Bandung. Seusai memberikan sambutan, Prof. Eddy Jusuf langsung membuka acara secara resmi.
Selanjutnya Rektor Unpas mengatakan tentang ciri-ciri Era Disrupsi 4.0, yaitu dengan adanya literasi data dan literasi teknologi. Sedangkan Era Disrupsi 5.5 ditandai dengan literasi humanis. Dikatakannya, literasi data dan literasi teknologi, jika tidak disertai dengan literasi humanis, tentulah bisa membahayakan kehidupan umat manusia. Dicontohkan, jika nanti berhasil diciptakan mobil yang bisa melaju tanpa sopir, atau di bawah kendali robot, tidak mustahil mobil tersebut mudah digunakan untuk berbuat kejahatan.
Karena itulah, Rektor Unpas menyambut positif kegiatan pelatihan yang diselenggarakan FISIP. “Dosen harus profesional, yaitu dosen yang memiliki berbagai kecakapan, mulai dari paedagogik sampai ha-hal yang bersifat psikologis. Sebab, untuk mentransformasikan ilmu, secanggih apapun teknologinya, tetap saja mennerlukan sentuhan hunnanis,” ucapnya.
Tugas dosen, dan juga cita-citanya, adalah menjadi gurubesar. “Jadi dosen jangan bercita-cita menjabat di bidang struktural. Andai saja jabatan struktural itu diamanatkan kepada kita, anggaplah itu semacam bonus.
Unpas membuka motivasi yang seluas-luasnya agar dosen bisa melakukan akselerasi jabatan fungsional akademik. Yang baru menjadi asisten, segeralah menjadi lektor. Dan yang sudah lektor segera naik ke jenjang berikutnya, hingga akhirnya sampai di guru besar. Sekarang, aturan tentang hal itu sudah berbeda dari yang lalu, yakni untuk sampai jabatan lektor kepala cukuplah ditangani oleh Lembaga Layanan (LL) Dikti saja. Sedangkan untuk gurubesar, barulah mesti diurus di Kementrian.
Mereka yang sudah dua tahun menjabat lektor kepala, segeralah urus persyaratan untuk menjadi gurubesar. Untuk keperluan itu, Unpas akan memfasilitasi. Termasuk juga untuk keperluan publikasi karya ilmiah dosen. Publikasi karya ilmiah sangatlah penting, apalagi sekarang ada aturan baru, bahwa lulusan S-3 harus mempublikasikan dulu karya ilmiah pada jurnal terakreditasi, jika ingin memperoleh yudisium cum laude.
Dulu, mereka yang lulus doktor dengan IPK 3,75 bisa dinyatakan cum laude. Sekarang jangankan 3,75, yang memperoleh IPK 4,00 pun tidak akan lulus cum laude kalau belum mempublikasikan karya ilmiahnya pada jurnal terakreditasi.
Dulu, kata Prof. Eddy Jusuf, biaya untuk mempublikasikan karya ilmiah ditanggung pribadi masing-masing. Sekarang Unpas menyediakan dana kepakaran, agar meringankan dosen yang akan mempublikasikan karyanya.
Pada bagian lain, Rektor Unpas menyebutkan tentang kewajiban lainnya bagi setiap dosen, yaitu senantiasa meningkatkan produktivitas, baik dalam membuat tulisan maupun pengabdian kepada masyarakat. Hal tersebut berlaku juga bagi gurubesar. Dicontohkannya, baru-baru ini 48 guru besar yang berada di bawah LL Dikti Jabar-Banten melakukan pengabdian ke daerah Garut, yaitu dengan memberikan bimbingan kepada perguruan-perguruan tinggi setempat.
Terkait dengan program kampus digital, Unpas akan melangkah ke sana, meskipun biayanya besar juga, yaitu 87 milyar rupiah. Namun untuk sementara, akan melangkah dulu ke pembuatan digital class room. “Eh, ternyata, FISIP telah melangkah lebih dulu membangun digital class room di Kampus I Lengkong. Saya merasa bangga,” ucap Rektor Unpas.
Pada sambutannya, memang Dekan FISIP, Dr. H.M. Budiana, M.Si, menyampaikan bahwa untuk meningkatkan pembelajaran mahasiswa, kini di Kampus I Unpas Jalan Lengkong Besar telah dibangun delapan digital class room. “Dibangun secara bertahap saja,” kata Budiana. Di setiap ruangan kelas disediakan smart TV untuk membantu penyampaian materi kuliah.
Dekan FISIP menyebutkan bahwa tantangan dosen pada Era Disrupsi ini semakin besar. Karena itu, setiap dosen harus mampu mengembangkan Disebutkannya, 20 dosen FISIP telah usai mengikuti pelatihan bagi program pembelajaran jarak jauh. Selain itu, telah pula direkrut dosen baru di beberapa jurusan.
FISIP senantiasa meningkatkan kualitas tenaga pengajarnya, baik yang berstatus dosen tetap maupun dosen luar biasa. Demikian dikatakan Budiana. “Pelatihan ini pun untuk merealisasikan hal tersebut, bagi dosen tetap. Sedangkan bagi dosen luar biasa sudah dilaksanakan beberapa hari yang lalu,” ucapnya lagi.
Wadek I FISIP, Drs. Kun Kunrat, M.Si. sebagai ketua pelaksana pelatihan mengatakan bahwa jumlah dosen yang mengikuti acara tersebut tercatat 57 orang, enam orang di antaranya izin, dan 19 tidak sempat hadir.
“Pelaksanaan kegiatan ini merupakan kelanjutan dari renstra FISIP yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, yang selanjutnya pada bulan ini juga akan disambung dengan rapat kerja prodi,” ucap Kun Kunrat.
Pada acara tersebut, beberapa guru besar FISIP tampak hadir. Adapun yang memberikan materi adalah Prof. Dr. Rusadi Kantaprawira (guru besar FISIP), Aminatun, S.Sos., M.Si. (LL Dikti), dan Dr. Engkos Ahmad Kuncoro, SE, MM. Acara dipandu oleh tiga dosen FISIP, yaitu Dr. Lia Muliawati, M.Si., Dra. Hj. Yulia Segarwati, M.Si., dan Dr. Ade Priangani, M.Si.
Pada kesempatan tersebut diserahkan pula cendera mata bagi para Ketua Prodi di lingkungan FISIP yang puma tugas.*** (TS)