BANDUNG, unpas.ac.id – Memiliki peran sebagai dosen dan dekan di kampus, serta menjadi ibu di rumah terkadang dibenturkan oleh sejumlah agenda tertentu, sehingga harus piawai membagi waktu satu sama lain.
Kendati demikian, Dekan Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS) Universitas Pasundan, Dr. Hj. Senny Suzanna Alwasilah, M.Pd. selalu menyempatkan diri untuk selalu produktif dan berkarya.
Di tengah kesibukannya yang multi peran, beliau telah melahirkan banyak karya, baik itu karya tulis ilmiah, karya sastra, puisi, cerpen, artikel, hingga haiku (puisi Jepang), materi ajar dan karya tulis lainnya baik berbahasa Indonesia, Inggris, dan Sunda.
Pada kesempatan bincang-bincang di acara podcast Unpas Talk episode ke-7, Jumat (24/12/2021) lalu, Dekan yang juga saat ini menjabat sebagai Presiden Asian Women Writers Association (AWWA) berbagi tips bagaimana menjadi seorang penulis produktif.
Menurutnya, peran sebagai dosen bukan hanya sekadar mengajar kepada mahasiswa saja, namun di samping itu juga harus produktif menulis, baik itu karya tulis ilmiah yang terkait penelitian, menulis di media massa, dan termasuk menulis buku.
“Saya mengajar mata kuliah writing di semester satu hingga enam, saya selalu tekankan kepada mahasiswa untuk selalu membaca dan menulis. Mulai dari awal materi seperti writing and reading connection, imaginative writing, essai, investigative writing, hingga penulisan akademik,” ujarnya.
Penulis buku “Pokoknya Menulis” ini juga mengungkapkan bahwa ada seribu cara agar seseorang bisa mahir menulis.
“Ada seribu cara menulis yang pertama adalah membaca, cara kedua sampai ke sembilan ratus sembilan puluh sembilan yaitu membaca, membaca, dan membaca. Lalu, yang keseribu yaitu menulis,” ungkap Dekan.
Lanjut Dekan, keterkaitan antara menulis dan membaca layaknya gula dan manisnya yang tak bisa dipisahkan. Apabila sering membaca akan mampu mempermudah seseorang untuk dapat menulis. Ia juga menekankan “Good writer is a good reader”.
Menulis juga perlu dilatih sehingga harus dilakukan terus menerus, berulang-ulang, dan akan mendorong seseorang menjadi terbiasa. Begitu pula dengan membaca, baik itu membaca buku maupun membaca keadaan lingkungan sekitar.

“Selain membaca buku, pandai membaca keadaan lingkungan sekitar merupakan bentuk kepekaan diri, dan ide-ide menulis bisa muncul dari sekitar kita,” lanjutnya.
Dekan yang juga anggota dari Patrem (Paguyuban Sastrawati Sastra Sunda) menjelaskan ada beberapa kecerobohan ketika seseorang hendak atau sedang menulis sesuatu.
Pertama, sering menganggap remeh ketika ide tiba-tiba muncul dalam pikiran namun tidak segera dituliskan, dan kedua yaitu tidak menuangkan seluruh isi pikiran saat menulis, sehingga tulisan tidak kunjung selesai.
Memegang prinsip “Tidak ada alasan untuk tidak berkarya” menjadikan Bu Dekan ini selalu menyempatkan diri untuk menulis setiap harinya.
“Bagi saya menulis telah menjadi bagian dari hidup, ketika sesibuk apapun selalu sempatkan diri untuk menulis meskipun hanya satu paragraf,” paparnya.
Adapun beberapa karya Dr. Senny yang telah dijadikan sebuah buku di antaranya Pokoknya Menulis, Ziarah Rindu, Bahasa Inggris SMP: Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, Berlian, Heulang nu Ngajak Bengbat, Sketsa Wajah Ibu, Selendang Mayang, Surat Penting Pustakawati, Haiku Nanggala, Mengeja Semesta, Antologi Haiku Pandemi Corona dan lain-lain.
Sementara itu, beberapa tulisan yang telah terbit di media massa dan jurnal di antaranya Peran Pendidikan dalam Menghadapi MEA, Kota Seribu Misteri, Literary Appreciation Campaigning in Campus, Speech Contest Develops Students’ Self Confidence, Mengapa Ramadan Cepat Berlalu, Petaka Mading ,Violeta Dewi, Sakeclak Kanyaah keur Win, Mamah Hoyong ka Senayan, dan masih banyak lagi. (Rico)*