BANDUNG, unpas.ac.id – Peran ibu dalam mengatur pola makan dan kebutuhan gizi keluarga sangat penting, terutama bagi anak-anak.
Di tengah meroketnya bahan pangan menjelang lebaran, ibu dituntut kreatif agar kebutuhan protein, karbohidrat, serat, dan vitamin tetap terpenuhi.
Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Pasundan dr. Alma Lucyati, M.Kes., M.Si., M.H.Kes. mengatakan, untuk mencukupi kebutuhan gizi kini tidak lagi mengacu pada konsep 4 Sehat 5 Sempurna, namun beralih ke Isi Piringku.
“Isi Piringku menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring. Proporsinya 50 persen buah dan sayur, sedangkan 50 persen sisanya karbohidrat dan protein,” jelasnya, dikutip dari Ramadan Sehat (Rehat) FK Unpas, Jumat (14/4/2023).
Dengan mengikuti anjuran Isi Piringku, diharapkan dapat menyumbang pengurangan angka stunting dan mencapai target 14 persen tahun depan.
“Indonesia jadi salah satu negara yang masih menghadapi masalah stunting. Meskipun dari data SSGI persentase stunting mulai menurun di angka 21,6 persen, namun butuh pendekatan yang tepat agar tahun 2024 bisa ada di angka 14 persen,” tambahnya.
Terkait hal ini, pemerintah mengimbau masyarakat agar memperbanyak asupan protein hewani untuk anak. Jika harga daging ayam dan sapi mahal, masyarakat bisa beralih ke protein hewani lainnya, misalnya ikan, belut, dan telur yang lebih terjangkau.
“Tidak harus protein hewani, sesekali bisa diselingi protein nabati seperti tempe dan tahu,” ujarnya.
Mendorong Budidaya Mandiri
Saat menjalani dinas di Puskesmas yang berlokasi di pedesaan, dr. Alma mengajak ibu-ibu setempat untuk mulai budidaya ikan dan sayur mayur di rumah sebagai antisipasi melonjaknya harga bahan pangan, termasuk sumber protein hewani.
“Kami ingin mengajak kaum perempuan untuk menggali potensi yang dimiliki. Kita kerap dihadapkan pada masa-masa sulit karena harga bahan pokok meningkat. Itulah kenapa kita sebaiknya mempersiapkan diri, di antaranya dengan budidaya ikan, ternak ayam, menanam sayur dalam pot, dan lain-lain,” terangnya.
Masyarakat didorong untuk mengoptimalisasi sumber daya di sekitarnya agar bisa memenuhi konsumsi sehat, minimal di keluarga sendiri.
“Kalau digarap dengan serius bahkan bisa menjadi tambahan penghasilan, jadi usaha kecil masyarakat berjalan dan aktivitas ekonomi terbangun,” tutupnya. (Reta)**