BANDUNG, unpas.ac.id – 21 Februari ditetapkan UNESCO sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Penetapan ini menunjukkan betapa perlunya mempertahankan, melestarikan, dan memberdayakan bahasa ibu.
Dalam upaya mempertahankan bahasa ibu, Gerakan Mahasiswa (Gema) Pasundan menggelar talkshow kebudayaan bertema “Mieling Basa Indung Dina Raraga Ngaronjatkeun Ajen Inajen Urang Sunda”, 27 Februari 2022 lalu.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Pasanggiri Mieling Basa Indung. Adapun talkshow kebudayaan menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, seperti akademisi, budayawan, hingga pemerhati budaya, di antaranya Budi Dalton, Hawe Setiawan, dan Abah Ruskawan.
Terdapat empat kegiatan pada rangkaian pasanggiri mieling basa indung, yakni lomba puisi bahasa Sunda, lomba pidato bahasa Sunda, lomba nyanyi pop Sunda, dan lomba penampilan seni budaya daerah.
Ketua Umum Gema Pasundan, Rajo Galan menyampaikan, peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional merupakan bagian dari kepedulian pemuda Pasundan terhadap kelestarian bahasa ibu, khususnya bahasa Sunda.
“Kegiatan ini kami persembahkan untuk Indonesia, karena bahasa adalah aset nasional yang harus terus dipertahankan. Bahasa menjadi identitas dan jati diri bangsa, maka sudah seharusnya pemuda merawat dan menjaganya,” ujarnya.
Dari data yang terkumpul, Rajo menuturkan bahwa dalam rentang waktu 10 tahun, sekitar 2 juta penutur bahasa Sunda terus berkurang. Jika demikian, ia khawatir generasi berikutnya merasa asing ketika mendengar bahasa Sunda.
Keberadaan 718 bahasa daerah yang tersebar di 17 ribu pulau, menjadikan masyarakat Indonesia terutama yang berada di daerah terpencil memungkinkan berbicara bahasa ibu sejak mereka kecil.
Selanjutnya, masyarakat akan berbicara dengan bahasa Indonesia di ranah sekolah, pekerjaan, dan pelayanan publik.
“Dalam Sumpah Pemuda, bahasa persatuan memang bahasa Indonesia, namun jangan sampai kita melupakan bahasa daerah,” ujarnya.
Ke depan, kata Rajo, Gema Pasundan bakal membuat sebuah kampung adat di tengah masyarakat perkotaan untuk memasyarakatkan budaya da adat istiadat yang mulai luntur. (Reta)*