BANDUNG, unpas.ac.id – Kesadaran akan adanya produk murah, cepat, dan berkualitas melahirkan konsep Supply Chain Management (SCM) atau manajemen rantai pasok, yakni sistem yang melibatkan proses produksi, pengiriman, penyimpanan, distribusi, dan penjualan produk untuk memenuhi permintaan konsumen.
Di dunia bisnis, SCM penting untuk diimplementasikan agar produk dapat dikirimkan tepat waktu demi memuaskan konsumen, mengurangi biaya, serta meningkatkan produktivitas perusahaan dalam rantai supply melalui optimalisasi waktu, lokasi, dan aliran kuantitas bahan.
Persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi menyebabkan dunia bisnis diwarnai oleh perubahan yang semakin terbuka, kompleks, dan kompetitif, baik dari lingkup eksternal maupun internal.
Persaingan itu memaksa para pelaku bisnis untuk menyusun strategi agar tetap bisa bersaing, di antaranya mengimplementasikan proses produksi barang atau jasa yang efektif dan efisien untuk disalurkan kepada konsumen. Namun, perusahaan belum mampu menjalankannya dengan maksimal dan kerap memilih jalan pintas untuk bersaing dengan kompetitor melalui SCM.
Hal tersebut disampaikan Prof. Dr. Maun Jamaludin, M.Si. pada pengukuhan guru besar dan orasi ilmiahnya yang berjudul “Penerapan Model System Dynamics pada Supply Chain Management dan Tantangannya”.
Kendati dianggap mudah, menurut Prof. Maun, masih banyak perusahaan yang kesulitan mengelola supply chain akibat kompleksnya struktur supply chain yang melibatkan berbagai pihak, serta ketidakpastian yang seringkali didominasi permintaan pelanggan hingga pasokan bahan baku atau komponen.
“Jika diimplementasikan dengan baik, SCM dapat menekan kerugian dan mendapatkan laba di atas arta-rata. Perusahaan juga dapat menghubungkan semua pihak yang terlibat dalam proses perubahan bahan baku menjadi barang jadi,” jelas Prof. Maun.
SCM merupakan sebuah sistem terintegrasi. Untuk itu, sudut pandang analisis terhadap rantai pasok harus menyeluruh, sehingga antar komponen sistem dapat terjalin hubungan-hubungan tertentu yang berbeda antara sistem statis dan sistem dinamis.
SCM dalam sistem dinamis akan mengombinasikan struktur komponen-komponen yang memiliki aktivitas. Kedinamisan ini ditunjukkan oleh perubahan kondisi sistem sebagai reaksi terhadap berubahnya waktu.
“Karakter tersebut dimiliki SCM dalam aktivitas yang dilakukan setiap waktu. Kedinamisan terjadi pada aktivitas entitas antar level maupun aktivitas yang terjadi di dalam entitas itu sendiri. Kedinamisan SCM pada sebuah industri atau bisnis misalnya ditunjukkan oleh tingkat persediaan bahan baku dan produk akhir yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu, serta pengaruh yang ditimbulkannya terhadap aktivitas yang lain, seperti kebijakan pengadaan, produksi, dan pengiriman,” paparnya.
Prof. Maun berharap, dapat terwujud penerapan model sistem dinamis pada pelaku bisnis di sepanjang jalur supply chain. “Semoga model sistem dinamis pada SCM bisa diterapkan di seluruh level, baik UMKM, UKM, IKM, bahkan usaha skala besar agar 10-15 tahun ke depan, para pengusaha Indonesia tidak hanya bersaing di tingkat lokal dan nasional, tapi juga global,” tandasnya. (Reta)**