BANDUNG, unpas.ac.id – Universitas Pasundan melalui Lembaga Penelitian (Lemlit) menggelar Sosialisasi Matching Fund 2022 secara hybrid di Mandala Saba Ir. H. Djuanda, Kampus II Tamansari, dan aplikasi Zoom Meeting, Jumat (21/1/2021).
Sosialisasi ini dihadiri oleh Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom., IPU., Wakil Rektor I Prof. Dr. H. Jaja Suteja, SE., M.Si., Wakil Rektor II Dr. Ir. Yudi Garnida, MP., Wakil Rektor III Dr. H. Deden Ramdan, M.Si. (hadir melalui ruang daring dikarenakan sedang di luar Jawa), Ketua Lemlit Dr. Hj. Erni Rusyani, SE., MM., Wakil Direktur Pascasarjana, para Kaprodi, dan dosen di lingkungan Unpas.
Kegiatan ini menghadirkan Analis Kebijakan Ahli Madya Ditjen Dikti Kemendikbudristek Drs. Endang Taryono sebagai narasumber. Selain menyosialisasikan program Matching Fund 2022, Endang juga menjelaskan tentang Kedaireka, platform yang menjembatani perguruan tinggi dengan pihak industri.
Matching Fund merupakan bentuk dukungan Kemendikbudristek untuk menciptakan kolaborasi dan sinergi strategis antara insan Dikti dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Matching Fund diprioritaskan untuk kolaborasi yang dapat berkontribusi bagi tercapainya 8 Indikator Kinerja Utama (IKU).
“Matching Fund jadi salah satu nilai tambah terbentuknya kolaborasi antara dua pihak lewat platform Kedaireka. Sasaran yang hendak dicapai adalah meningkatnya kualitas dan relevansi lulusan pendidikan tinggi melalui peningkatan kapabilitas dosen, kurikulum, dan pembelajaran,” terang Ketua Lemlit, Dr. Erni Rusyani, SE., MM. pada laporannya.
Rektor berharap, sosialisasi Matching Fund dapat menjadi motor penggerak dalam mengembangkan dan menerapkan MBKM yang telah dicanangkan Kemendikbudristek.
“Tahun lalu, hanya ada 2 dosen Unpas yang lolos program Matching Fund Kedaireka. Mudah-mudahan, pencapaian tersebut memberikan semangat dan inspirasi dalam membangun kolaborasi bersama pihak eksternal, sehingga tahun ini jumlah dosen yang lolos semakin banyak,” ujarnya.
Endang menjelaskan, untuk Matching Fund 2022, Kemendikbudristek mengalokasikan dana hingga 1,4 triliun rupiah, hampir enam kali lipat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 250 miliar. Matching Fund 2022 akan dibagi ke dalam tiga skema, yaitu skema tematik, skema umum, dan skema infrastruktur.
Skema tematik mengambil lima prioritas permasalahan yang dihadapi pemerintah, seperti green economy, blue economy, digital economy, pariwisata, dan persiapan pembangunan infrastruktur. Skema umum diarahkan ke pendidikan, pertahanan, sosial kemasyarakatan, dan kesehatan. Sementara skema infrastruktur lebih ke persiapan pembangunan infrastruktur.
“Inti dari program Matching Fund sebenarnya ada lima poin, dari luaran penelitian kemudian diseminarkan, dipublikasikan, dipatenkan, dan berdampak langsung di masyarakat maupun pembangunan,” jelasnya.
Kedaireka mendorong perguruan tinggi sebagai think-tank pencipta IPTEK dan inovasi melalui penelitian yang dapat dihilirisasikan oleh dunia usaha dan industri, serta berdampak holistik pada pembangunan nasional.
“Karena Matching Fund merupakan program 1 tahun selesai, maka dosen harus punya roadmap yang jelas. Kalau belum bisa selesai dalam 1 tahun, maka buatlah grand design untuk 3 tahun, tidak boleh lebih. Terpenting, harus punya manfaat untuk mahasiswa dan industri,” tutupnya. (Reta)*